Pada Materi Kuliah 4.1 sampai Materi Kuliah 4.3 Anda telah mempelajari konsep pengendalian lingkungan dengan fokus pada lingkungan hidup dalam sekala lokal sampai nasional. Sebagaimana telah Anda pelajari dari materi kuliah sebelumnya, dampak lingkungan dapat terjadi secara lokal, nasional, maupun global. Pada materi kuliah 4.4 ini kita akan belajar mengenai dampak lingkungan global yang paling penting, yaitu perubahan iklim, dengan fokus pada pengendalian dampak yang ditimbulkannya. Selain itu, kita juga akan pelajari berbagai dampak lingkungan global lainnya dalam kaitan dengan perubahan global (global change) yang pengendaliannya dilakukan melalui berbagai perjanjian lingkungan hidup global (global environmental agreements). Meskipun berskala global, pengendalian dampak lingkungan global perlu kita lakukan melalui tindakan nyata secara lokal (think globally, act locally).
4.4. 1. MATERI KULIAH
4.4.1.1. Membaca Materi Kuliah
Mudah-mudahan Anda sudah pernah mendengar istilah pemanasan global dan perubahan iklim. Jika sudah, mudah-mudahan mengerti apa yang dimaksud dengan kedua istilah tersebut. Keduanya sering saling dipertukarkan penggunaannya, meskipun sebenarnya mempunyai pengertian yang berbeda. Untuk memahaminya secara benar, pertama-tama Anda perlu mempelajari apa itu cuaca (weather) dan apa itu iklim (climate). Cuaca merupakan kadaan atmosfer di suatu lokasi terbatas yang berubah dari menit ke menit, jam ke jam, hari ke hari, minggu ke minggu, dan bulan ke bulan. Iklim merupakan keadaan atmosfer rata-rata dalam lokasi yang lebih luas dan jangka waktu yang lebih lama. Cuaca senantiasa berubah secara dinamis, sedangkan iklim berpola relatif tetap. Relatif tetap tidak berarti tidak berubah. Pola iklim dapat berubah karena faktor alami dan karena faktor buatan manusia. Faktor alami yang dapat berkontribusi terhadap perubahan iklim adalah: (1) variabilitas iklim (climate variability and oscillations), (2) perubahan aktivitas matahari (changes in solar activity), dan (3) aktivitas gunung berapi (volcanic aktivity), sedangkan faktor buatan manusia yang dapat berkontribusi yang sama adalah (1) pembakaran bahan bakar fosil yang meningkatkan konsentrasi GRK (GHG), (2) perubahan permukaan lahan secara global karena deforestrasi (deforestation), dan (3) peningkatan konsentrasi aerosol (aerosols) di atmosfer.
Istilah perubahan iklim (climate change) digunakan terutama untuk merujuk kepada perubahan pola iklim karena didorong oleh faktor manusia (human-driven), meskipun juga mencakup perubahan karena faktor alami. Faktor manusia terpenting yang mendorong terjadinya perubahan iklim adalah pembakaran bahan bakar fosil (fossil fuels) yang menyebabkan konsentrasi gas rumah kaca (GRK, greenhouse gasses, GHG) di atmosfer meningkat dengan cepat sejak abad Revolusi Industri ke-2 (2nd Industrial Revolution). Konsentrasi GRK tersebut menyebabkan panas yang dipantulkan dari permukaan bumi terperangkap, ibarat atap kaca yang memerangkap panas di dalam rumah kaca, sehingga suhu permukaan bumi meningkat. Fenomena suku permukaan bumi yang meningkat di atas normal ini dikenal sebagai pemanasan global (global warming). Dalam bahasa Inggris, selain digunakan istilah global warming, juga digunakan istilah global heating. Tapi apapun istilahnya, pemanasan global telah menjadi faktor pendorong utama perubahan iklim. Memang tidak semua pihak sepakat mengenai hal ini, pihak yang menolak (climate change denier, skeptic, or contratian) beralasan bahwa perubahan iklim bukan fenomena baru, melainkan juga terjadi pada masa lampau, sehingga tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Bahkan dalam cara pengendaliannya, yang menolak bukan hanya pihak tertentu, negara semaju Amerika Serikat pun menolak untuk meratifikasi kespakatan mengenai perubahan iklim. Penolakan terjadi terutama karena pengendalian perubahan iklim memerlukan biaya yang sangat besar yang pada akhirnya menghambat pertumbuhan ekonomi.
Permasalahan perubahan iklim dan dampaknya mendorong Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi di Rio de Janeiro, Brazil, tahun 1992 (Earth Summit 1992), antara lain menghasilkan Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim (United Nations Framework Convention on Climate Change, UNFCCC). Konvensi ini bertujuan untuk menstabilisasi konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer pada tingkat yang tidak membahayakan sistem iklim sehingga ekosistem dapat memberikan jaminan pada produksi pangan dan keberlanjutan pada pembangunan ekonomi. Konvensi Perubahan Iklim memiliki kekuatan hukum sejak 21 Maret 1994 dengan membagi negara-negara (parties) peratifikasi dalam dua kelompok, yaitu Negara-negara Annex I (Annex I Parties) dan Negara-negara Non-Annex I (Non-Annex I Parties, termasuk Indonesia). Negara Annex I adalah negara-negara penyumbang emisi GRK sejak revolusi industri, sedangkan Negara Non-Annex I adalah negara-negara yang tidak termasuk dalam Annex I yang kontribusinya terhadap emisi GRK jauh lebih sedikit dan memiliki pertumbuhan ekonomi yang jauh lebih rendah.
Untuk mendukung negosiasi terkait pengendalian perubahan iklim, PBB membentuk Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) yang bertugas melakukan kajian ilmiah dan menyediakan data yang disepakati bersama mengenai perubahan iklim. Untuk melaksanakan tugas tersebut, IPCC menerbitkan Assessment Report (AR) secara berkala, AR termutakhir adalah AR 6 yang terdiri atas:
- AR6 Climate Change 2021: The Physical Science Basis, menguraikan dasar ilmiah perubahan iklim;
- AR6 Climate Change 2022: Mitigation of Climate Change, menguraikan langkah-langkah yang diperlukan untuk mengurangi perubahan iklim;
- AR6 Climate Change 2022: Impacts, Adaptation and Vulnerability, menguraikan dampak yang ditimbulkan, langkah-langkah untuk menyesuaikan diri, dan kerentanan menghadapi perubahan iklim; dan
- AR6 Synthesis Report: Climate Change 2023, merupakan laporan sintesis dari laporan pertama, kedua, dan ketiga
Silahkan mengakses hasil lengkap COP-1 1995 sampai COP-28 2024 dan rencana COP-29 2024 sampai COP-31 2025. Beberapa tonggak penting yang telah dicapai sejak COP-1 sampai COP-28 adalah sebagai berikut:
- COP-1 Berlin, Jerman, 1995: menetapkan Mandat Berlin (Berlin Mandate), keputusan yang mengharuskan para pihak untuk memulai pembicaraan untuk mengurangi emisi setelah tahun 2000 melalui tujuan kuantitatif dan dengan tenggat waktu yang spesifik.
- COP-3 Kyoto, Jepang, 1997: menghasilkan Protokol Kyoto (Kyoto Protocol), merupakan perjanjian internasional yang mengikat secara hukum di bawah UNFCCC, yang menandai momen penting bagi kebijakan iklim dunia: (1) Target Pengurangan Emisi: mengikat secara hukum untuk negara-negara maju (Annex I Parties), bertujuan untuk mengurangi gabungan emisi enam gas rumah kaca rata-rata 5,2% di bawah tingkat tahun 1990 selama periode komitmen 2008-2012, (2) Mekanisme Fleksibel, memperkenalkan tiga mekanisme berbasis pasar, yaitu Perdagangan Emisi International (International Emission Trading), Mekanisme Pembangunan Bersih (Clean Development Mechanism, CDM), dan Implementasi Bersama (Joint Implementation, JI), untuk membantu negara-negara dalam memenuhi target pengurangan emisi dengan cara memperdagangkan kredit emisi, berinvestasi dalam proyek pengurangan emisi di negara berkembang, dan berkolaborasi dalam proyek pengurangan emisi, (3) Adaptasi dan Kepatuhan: ketentuan bagi negara-negara untuk mendorong adaptasi terhadap dampak buruk perubahan iklim dan menetapkan mekanisme kepatuhan untuk memastikan bahwa negara-negara peserta memenuhi kewajiban mereka, dan (4) Pemberlakuan: menetapkan ratifikasi oleh setidaknya 55 negara – yang mewakili setidaknya 55% emisi gas rumah kaca global pada tahun 1990 – agar dapat dilanjutkan, mulai berlaku pada tanggal 16 Februari 2005, setelah Rusia meratifikasinya, dan memenuhi persyaratan yang diperlukan untuk implementasinya.
- COP-6 Den Haag, Belanda, 2000: untuk menetapkan rincian operasional mekanisme yang diperkenalkan melalui Protokol Kyoto, yaitu perdagangan emisi, CDM dan JI, setelah melalui pembicaraan yang penuh ketegangan dan diplomasi yang rumit ternyata tidak tercapai kesepakatan mengenai isu-isu utama.
- COP-7 Marrakesh, Maroko, 2001: melanjutkan COP-6 yang gagal, menghasilkan: (1) Kesepakatan Marrakesh (Marrakech Accords) yang merinci prosedur penerapan Protokol Kyoto, menangani isu-isu terkait perdagangan emisi, Mekanisme Pembangunan Bersih, penggunaan lahan, perubahan penggunaan lahan, dan kehutanan (land use, land use change, and forestry, LULUCF), kepatuhan, dan aspek penting lainnya, dan (2) Pembentukan Dana Adaptasi: membentuk Dana Adaptasi berdasarkan Protokol Kyoto (Adaptation Fund under Kyoto Protocol) untuk membantu negara-negara berkembang memitigasi dampak buruk perubahan iklim dan beradaptasi terhadap dampak yang ditimbulkannya.
- COP-13, Bali, Indonesia, 2007: menghasilkan Rencana Aksi Bali (Bali Action Plan) yang membuka jalan baru, menekankan peran negara-negara maju dalam mendukung negara-negara berkembang, menandai perkembangan pemahaman baru tentang tanggung jawab bersama dalam narasi iklim global.
- COP-15, Copenhagen, Denmark, 2009: Negosiasi untuk fase kedua Protokol Kyoto gagal menghasilkan kesepakatan, sejak itu banyak negara yang meratifikasi Protokol Kyoto menarik diri dari Protokol: Australia, Kanada, Jepang, dan Rusia sehingga Protokol Kyoto menjadi berakhir seiring dengan berakhirnya fase pertamanya pada tahun 2012.
- COP-21, Paris, Perancis, 2015: membahas pendekatan top-down (misalnya, perjanjian yang mengikat secara hukum seperti Protokol Kyoto) dan bottom-up (misalnya, memungkinkan negara-negara untuk menetapkan target mereka secara sukarela), merupakan momen penting dalam upaya internasional untuk mengatasi perubahan iklim dengan menyepakati bahwa setiap negara, didukung oleh kolaborasi dengan sektor publik dan swasta, berkomitmen untuk membatasi pemanasan global pada target kolektif dan spesifik, menghasilkan Perjanjian Paris (Paris Agreement): (1) Sasaran suhu, menetapkan sasaran untuk membatasi kenaikan sampai 1,5 derajat Celsius di atas suhu rata-rata pra-industri, (2) Kontribusi yang Ditentukan Secara Nasional (Nationally Determined Contribution, NDC), setiap negara mengajukan komitmen sukarela masing-masing yang menguraikan bagaimana akan mengurangi emisi GRK dan beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim yang harus diperbarui dan dikomunikasikan setiap lima tahun, (3) Bantuan keuangan, negara-negara maju berkomitmen untuk memberikan dukungan keuangan guna membantu negara-negara berkembang dalam memitigasi emisi gas rumah kaca dan beradaptasi terhadap dampak buruk perubahan iklim, dan (4) Transparansi dan akuntabilitas, mengharuskan negara-negara untuk secara teratur melaporkan emisi mereka dan kemajuan dalam memenuhi komitmen mereka.
- COP-24 Katowice, Polandia, 2018: mewujudkan: (1) 'Buku Aturan' (Rulebook) Perjanjian Paris, yang dikenal sebagai Paket Iklim Katowice (Katowice Climate Package), yang berfokus pada peningkatan transparansi dan akuntabilitas melalui standar pelaporan emisi yang seragam dan kerangka kerja terperinci yang menjelaskan bagaimana negara harus memenuhi komitmennya, dan (2) menyepakati Perjanjian Paris tentang Pengurangan Stok Global (Paris Agreement in the Global Stocktake) yang menguraikan proses inventarisasi global untuk menilai kemajuan kolektif, yang dilakukan setiap 5 tahun.
- COP-26, Glasgow, UK, 2021: menghasilkan Pakta Iklim Glasgow (Glasgow Climate Pact) yang menggarisbawahi pentingnya percepatan upaya, dengan fokus pada upaya-upaya “mengurangi penggunaan bahan bakar fosil secara bertahap" (phase down of fossil fuels), meskipun hal ini masih diperdebatkan dengan hangat, dan banyak negara yang mendorong tercapainya kesepakatan untuk menghentikan penggunaan bahan bakar fosil secara bertahap.
- COP-28, Dubai, Uni Emirat Arab, 2023: menandai pertama kalinya negara-negara menilai secara bersama kemajuan setelah menetapkan Perjanjian Paris tentang Pengambilan Stok Global (Paris Agreement in the Global Stocktake) yang ditetapkan pada COP24 di Katowice, tetapi topik yang dinantikan untuk penghapusan penggunaan bahan bakar fosil, sebagaimana diperdebatkan secara panjang lebar pada COP-COP sebelumnya, tidak mencapai kesepakatan.
Sebagai mahasiswa kehutanan, Anda mungkin tertarik mengetahui apa sebenarnya yang dimaksud dengan LULUCF sebagaimana mulai dibahas pada COP-7 Marrakesh, Maroko, 2001. Laju penumpukan karbon dioksida (CO2) di atmosfer dapat dikurangi dengan memanfaatkan fakta bahwa CO2 di atmosfer dapat terakumulasi sebagai karbon pada vegetasi dan tanah pada ekosistem darat. Berdasarkan Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim, setiap proses, aktivitas atau mekanisme yang menghilangkan gas rumah kaca (GRK) dari atmosfer disebut sebagai “sink”. Aktivitas manusia berdampak pada penyerapan terestrial, melalui penggunaan lahan, perubahan penggunaan lahan dan kehutanan (LULUCF), akibatnya terjadi perubahan pertukaran CO2 (siklus karbon) antara biosfer terestrial dan atmosfer. Laporan penilaian ke-6 Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) menemukan bahwa sektor “Pertanian, Kehutanan, dan Penggunaan Lahan Lainnya (Agriculture, Forestry, and Other Land Uses, AFOLU)” rata-rata menyumbang 13-21% dari total emisi GRK antropogenik global pada periode 2010-2019. Perkiraan emisi bersih CO2 antropogenik dari AFOLU (berdasarkan model pembukuan) menghasilkan sumber bersih sebesar +5,9±4,1 GtCO2eq/tahun antara tahun 2010 dan 2019 dengan tren yang tidak jelas. Pendorong perubahan tata guna lahan menghasilkan fluks emisi CO2 AFOLU, dengan deforestasi bertanggung jawab atas 45% total emisi AFOLU. Selain sebagai penyerap karbon bersih dan sumber emisi GRK, lahan juga berperan penting dalam iklim melalui efek albedo, evapotranspirasi, dan pemuatan aerosol melalui emisi senyawa organik yang mudah menguap.
Laporan IPCC menemukan bahwa sektor LULUCF menawarkan potensi mitigasi jangka pendek yang signifikan sekaligus menyediakan pangan, kayu dan sumber daya terbarukan lainnya serta konservasi keanekaragaman hayati. Di antara berbagai aktivitas LULUCF, pengurangan deforestasi mempunyai potensi terbesar dalam mengurangi emisi GRK antropogenik, diikuti dengan penyerapan karbon di sektor pertanian dan restorasi ekosistem termasuk aforestasi dan reboisasi (Lihat Gambar SPM.7 dalam laporan IPCC WGIII). Sistem terestrial lainnya juga memainkan peran penting, yaitu cadangan karbon dalam bentuk bahan organik tanaman dan bahan organik tanah di lahan pertanian dan padang rumput. Oleh karena itu, pengelolaan tanaman dan peternakan yang lebih baik dan berkelanjutan, serta penyerapan karbon tanah di bidang pertanian, termasuk pengelolaan karbon tanah di lahan pertanian dan padang rumput, agroforestri, dan biochar, diharapkan dapat berkontribusi terhadap pengurangan 1,8–4,1 GtCO2eq/tahun. Selain itu, kegiatan mitigasi di sektor LULUCF dapat memberikan sinergi ganda dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals, SDGs), seperti meningkatkan fungsi keanekaragaman hayati dan ekosistem, lapangan kerja dan mata pencaharian lokal. Namun beberapa kegiatan, seperti penerapan penghijauan di lahan yang secara alami tidak berhutan, dapat menambah risiko terkait iklim terhadap keanekaragaman hayati, ketahanan air dan pangan, serta mata pencaharian, terutama jika tidak dilaksanakan dengan mempertimbangkan kondisi lokal. Tantangan utama kegiatan LULUCF adalah potensi keterbalikan dan ketidakterbalikan stok karbon mengingat proses tersebut dipengaruhi oleh pemanasan global dan perubahan iklim. Oleh karena itu, tindakan terpadu, cepat, dan berkelanjutan yang membatasi pemanasan global hingga mendekati 1,5°C akan secara signifikan mengurangi perkiraan kerugian dan kerusakan terkait perubahan iklim pada ekosistem, menurut IPCC.
Indonesia menandatangani Perjanjian Paris pada Upacara Tingkat Tinggi Penandatanganan Perjanjian Paris (High-level Signature Ceremony for the Paris Agreement) di Markas Besar PBB, New York, Amerika Serikat, pada hari Jumat, 22 April 2016. Sebagai tindak lanjut atas penandatangan tersebut, diundangkan UU No. 16 Tahun 2016 tentang tentang Pengesahan Paris Agreement to The United Nations Framework Convention on Climate Change (Persetujuan Paris atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Perubahan Iklim). Menindaklanjuti ratifikasi Perjanjian Paris tersebut, Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim pada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yang bertindak sebagai focal point pengendalian perubahan iklim di Indonesia, sudah memasukkan NDC pertama pada 2016 dan dan menyusun Strategi Implementasi NDC pada 2017. Sesuai dengan ketentuan, Indonesia juga sudah memperbarui NDC pada 2021. NDC dan Strategi Implementasi NDC merupakan bentuk komitment Indonesia kepada dunia untuk berkontribusi terhadap pengendalian perubahan iklim. NDC mencakup komitmen dalam melaksanakan mitigasi melalui sejumlah aksi implementasinya, melaksanakan adaptasi melalui sejumlah aksi implementasinya, dan melaksanakan tindakan lainnya antara lain melalui implementasi REDD+ (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation, role of conservation, sustainable management of forest and enhancement of forest carbon stocks in developing countries), Karhutla (Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan), ProKlim (Program Kampung Iklim), dan SRN PPI (Sistem Registri Nasional Pengendalian Perubahan Iklim). Informasi lebih lanjut mengenai perubahan iklim dan pengendalian perubahan iklim dapat diperoleh dari situs Knowledge Centre Perubahan Iklim (KCPI).
Selain dalam komitmen pengendalian perubahan iklim melalui mekanisme COP, Indonesia juga terikat melalui sejumlah kesepakatan terkait dengan perubahan iklim lainnya sebagai berikut:
- Konvensi mengenai Pencemaran Udara Lintas-Batas Jarak Jauh (Convention on Long-Range Transboundary Air Pollution, LRTAP), Geneva, 1979
- Perlindungan Lingkungan: Emisi Mesin Pesawat Terbang, Lampiran 16, volume 2 terhadap Convensi Chicago mengenai Penerbangan Sipil (Environmental Protection: Aircraft Engine Emissions, Annex 16, vol. 2 to the Chicago Convention on International Civil Aviation), Montreal, 1981
- Konvensi Kerangka Kerja PBB mengenai Perubahan Iklim (UN Framework Convention on Climate Change, UNFCCC), New York, 1992, termasuk Prtotokol Kyoto 1997 (Kyoto Protocol, 1997), dan Perjanjian Paris 2015 (the Paris Agreement, 2015)
- Konvensi Wina untuk Perlindungan Lapisan Ozon (Vienna Convention for the Protection of the Ozone Layer), Vienna, 1985, termasuk Protokol Montreal mengenai Senyawa yang Merusak Lapisan Ozon (the Montreal Protocol on Substances that Deplete the Ozone Layer), Montreal, 1987
Selain itu Indonesia juga terikat dalam komitmen terhadap perjanjian internasional lingkungan hidup lainnya dalam bidang: (1) konservasi alam dan ekosistem daratan, (2) ekosistem perairan air tawar dan air laut, serta (3) Limbah B3 dan limbah lainnya. Berikut adalah daftar perjanjian internasional lingkungan hidup dalam bidang konservasi alam dan ekosistem daratan antara lain:
- Konvensi mengenai Keanekaragaman Hayati (Convention on Biological Diversity CBD), Nairobi, 1992
- Konvensi mengenai Konservasi Spesies Satwa Liar Bermigrasi (Convention on the Conservation of Migratory Species of Wild Animals, CMS), Bonn, 1979
- Konvensi mengenai Perdagangan Internasional Spesies Flora dan Fauna Liar Langka (Convention on the International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna, CITES), Washington, DC, 1973
- Konvensi PBB untuk Melawan Penggurunan (United Nations Convention to Combat Desertification, UNCCD), Paris, 1994
- Penanganan Internasional FAO terhadap Sumberdaya Genetik Tumbuhan, Roma, 1983, penanganan sukarela diperbarui dan diperkuat sebagai Traktat Internasional mengenai Sumberdaya Genetik Tumbuhan untuk Pangan dan Pertanian (Food and Agriculture Organization International Undertaking on Plant Genetic Resources, Rome, 1983, the 1983 "voluntary undertaking" diperbarui dan diperkuat sebagai the International Treaty on Plant Genetic Resources for Food and Agriculture), Madrid, 2001
- Perjanjian Kayu Tropis Internasional (International Tropical Timber Agreement, ITTA), Geneva, 1994
- Konvensi Ramsar mengenai Lahan Basah yang Bernilai Penting secara Internasional khususnya sebagai Habitat Burung Air (Ramsar Convention on Wetlands of International Importance Especially as Waterfowl Habitat, juga disebut the Convention on Wetlands), Ramsar, 1971
- Konvensi UNESCO mengenai Perlindungan Warisan Budaya dan Alam Dunia (UNESCO Convention concerning the Protection of the World Cultural and Natural Heritage, juga disebut the World Heritage Convention), Paris, 1972
Berikut adalah daftar perjanjian internasional lingkungan hidup dalam bidang ekosistem perairan air tawar dan air laut antara lain:
- Konvensi mengenai Perlindungan dan Penggunaan Jalur Air Lintas Batas dan Danau Internasional (Convention on the Protection and Use of Transboundary Watercourses and International Lakes, ECE Water Convention), Helsinki, 1992
- Konveni mengenai Pencegahan Pencemaran Laut dari Pembuangan Limbah dan Bahan Lain (Convention on the Prevention of Marine Pollution by Dumping of Wastes and Other Matter, London Convention), London, 1972
- Konvensi Internasional mengenai Pencegahan Pencemara dari Kapal (International Convention for the Prevention of Pollution from Ships), 1973, sebagaimana dimodifikasi sebagai Protokol 1978 mengenai hal yang sama (MARPOL 73/78), London, 1973 and 1978
- Konvensi Internasional untuk Pencegahan Pencemaran Laut oleh Minyak (International Convention for the Prevention of Pollution of the Sea by Oil), London, 1954, 1962 and 1969
- Konvensi Internasional mengenai Kesiagaan, Ketanggapan, dan Kerja Sama menghadapi Pencemaran Minyak (International Convention on Oil Pollution Preparedness, Response and Co-operation, OPRC), London, 1990
- Konvensi Internasional mengenai Intervasi di Perairan Laut Lepas dalam Kasus Korban Pencemarab Minyak (International Convention Relating to Intervention on the High Seas in Cases of Oil Pollution Casualties), Brussels, 1969
- Konvensi PBB mengenai Hukum Laut (United Nations Convention on the Law of the Sea, UNLOS Convention), Montego Bay, 1982
- Konvensi mengenai Konservasi Satwa Liar Bermigrasi (Convention on the Conservation of Migratory Species of Wild Animals, CMS), Bonn, 1979
Berikut adalah daftar perjanjian internasional lingkungan hidup dalam bidang Limbah B3 dan limbah lainnya antara lain:
- Konvensi mengenai Pengendalian Pergerakan Lintas Batas Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dan Pembuangannya (Convention on the Control of Transboundary Movements of Hazardous Wastes and their Disposal), Basel, 1989
- Konvensi mengenai Prosedur Persetujuan Pihak yang Sudah Mendapat Indormasi Lebih Dahulu untuk Bahan Kimia dan Pestisida Berbahaya dan Beracun dalam Perdagangan Internasional (Convention on the Prior Informed Consent Procedure for Certain Hazardous Chemicals and Pesticides in International Trade), Rotterdam, 1998
- Konvensi mengenai Dampak Lintas Batas Kecelakaan Industri (Convention on the Transboundary Effects of Industrial Accidents), Helsinki, 1992
- Aturan FAO mengenai Tata Cara Distribusi dan Penggunaan Pestisida (FAO International Code of Conduct on the Distribution and Use of Pesticides), Rome, 1985
- Konvensi Minamata mengenai Raksa (Minamata Convention on Mercury), Minamata, 2013
- Konvensi Stockholm mengenai Pencemar Organik yang Tidak Mudah Terdegradasi (Stockholm Convention on Persistent Organic Pollutants), Stockholm, 2001
- Traktat Pelarangan Pengujian Senjata Nuklir di Udara, Luar Angkasa, dan di Dalam Air (Treaty Banning Nuclear Weapon Tests in the Atmosphere, in Outer Space, and Under Water)
Silahkan klik tautan setiap perjanjian untuk memperoleh teks dan informasi lebih lanjut mengenai perjanjian masing-masing. Daftar kesepakatan atau perjanjian yang berkaitan dengan pengendalian lingkungan hidup secara lengkap dapat diperoleh dari Wikipedia, EU Multilateral Environmental Agreements, dan University of Oregon IEA Database Project.
Sebagai mahasiswa kehutanan Anda seharusnya kritis terhadap berbagai program pemerintah yang berkaitan dengan sektor kehutanan yang berdampak meningkatkan emisi GRK. Sebagai bagian dari Nawacita, pemerintahan Presiden Jokowi melalui Kementerisn LHK melaksanakan program TORA (Tanah Objek Reforma Agraria) yang bertujuan untuk menyelesaikan sengketa kawasan hutan melalui penataan ulang batas kawasan hutan dengan melepaskan kawasan kepadada masyarakat dengan sejumlah persyaratan tertentu. Dari target TORA pelepasan kawasan hutan sebesar 4,1 juta ha, telah terealisasi penyediaan TORA seluas 2.914.486. Hal yang perlu disikapi secara kritis adalah sejauh mana kawasan hutan yang dilepaskan benar-benar diberikan kepada rakyat atau digunakan sebagai lokasi program pembangunan yang bermanfaat bagi rakyat banyak. Pelepasan kawasan hutan untuk program food estate misalnya, sejauh mana benar-benar menghasilkan baghan pangan, bukan justru dibuka untuk memperoleh hasil kayu yang pada akhirnya melepaskan emisi GRK dan merusak lingkungan sebagaimana misalnya projek food estate di Gunung Mas dan banyak lokasi lainnya sebagaimana diuraikan dalam laporan Greenpeace Indonesia: Food Estate: Menanam Kehancuran, Menuai Krisis Iklim, laporan mengenai projek pembangkitan listrik biomassa, laporan mengenai pemenuhan hak atas tanah yang terbelenggu korupsi, dan video mengenai Konsorsium 110, sekedar sebagai beberapa contoh. Bersikap kritis mungkin akan dianggap membangkang oleh mereka yang lantang berteriak "OK gas" dan "all in" --mereka yang mendukung penuh pemimpin tanpa berpikir--, tetapi untuk apa Anda kuliah jika bukan untuk mampu berpikir kritis. Ketika terjadi bencana iklim sebagaimana di Jawa Tengah dan berbagai tempat lainnya baru-baru ini, masyarakat menjadi korban tanpa menyadari bahwa mendukung pemimpin tanpa berpikir kritis dapat menerima dampak buruk perubahan iklim.
4.4.1.2. Mengunduh dan Membaca Pustaka
Silahkan mengklik halaman Pustaka Wajib untuk mengakses buku teks, halaman web, dan berbagai sumber lainnya untuk memperdalam pemahaman mengenai pengelolaan, perlindungan, dan pengendalian lingkungan hidup, khususnya (klik untuk mengunduh gratis):
- Barrow, C.J. (1999) Environmental Management for Sustainable Development: Chapter 4 Environmentalism, social sciences, economics and environmental management, Chapter 5 Environmental management, business and law
- Blewitt, J. (2008) Understanding Sustainable Development: Chapter 5 Sustainable Development, Politics and Governance, Chapter 6 Beyond the Imperatives of Economic Growth and ‘Business as Usual’, Chapter 7 Envisioning a Sustainable Society
- Farmer, A. (2007) Handbook of Environmental Protection and Enforcement: Principles and Practice.: Chapter 1 Introduction: The Principles and Nature of Regulation, Chapter 2 The Nature of Environment Enforcement Authorities
- Rogers, P.P., Jalal, K.F., & Boyd, J.A. (2008) An Introduction to Sustainable Development: Chapter 2 Challenges of Sustainable Development, Chapter 8 Social Dimensions and Policies, Chapter 9 The Economics of Sustainability, Chapter 10 Sustainability: Externalities, Valuation, and Time Externalities
4.4.1.3. Mengerjakan Kuis
Setelah membaca materi kuliah 4.4 ini serta mengklik tautan dan membaca pustaka serta pustaka yang diberikan pada materi kuliah, setiap mahasiswa wajib mengerjakan kuis secara mandiri untuk mengevaluasi diri dalam memahami ketiga materi kuliah:
- Mengerjakan dan Memasukkan Lembar Jawaban Kuis (klik setelah tautan aktif) selambat-lambatnya pada Selasa, 9 April 2024 pukul 24.00 WITA;
- Memeriksa Daftar Lembar Jawaban dan Nilai yang Diperoleh (klik setelah tautan aktif) untuk Memastikan Lembar Jawaban Kuis sudah masuk dan memeriksa nilai yang diperoleh.
Pada saat memeriksa daftar lembar jawaban, silahkan periksa sendiri berapa nilai yang Anda peroleh. Bila memperoleh nilai <60 berarti Anda belum memahami materi kuliah sehingga perlu membaca kembali kedua materi kuliah. Mahasiswa yang tidak mengerjakan quiz tidak akan memperoleh nilai untuk setiap quiz yang tidak dikerjakan.
4.4.2. TUGAS KULIAH
4.4..2.1. Menyampaikan dan Menanggapi Komentar dan/atau Pertanyaan
Setelah membaca materi kuliah ini, silahkan menyampaikan komentar dan/atau pertanyaan mengenai hal-hal berkaitan langsung dengan materi kuliah ini di dalam kotak komentar yang terletak di sebelah bawah materi kuliah ini. Sampaikan komentar dan/atau pertanyaan mengenai hal-hal yang belum diuraikan secara jelas, bukan hal-hal yang yang sudah diuraikan dalam materi atau tidak berkaitan langsung dengan materi atau yang sudah disampaikan oleh mahasiswa lain. Silahkan juga menanggapi pertanyaan atau komentar yang disampaikan oleh mahasiswa lain terhadap materi kuliah ini. Komentar dan/atau pertanyaan serta tanggapan terhadap komentar dan/atau pertanyaan yang disampaikan oleh mahasiswa lain harus sudah masuk selambat-lambatnya sampai pada Selasa, 9 April 2024 pukul 24.00 WITA. Salin komentar dan/atau pertanyaan mengenai materi kuliah serta tanggapan terhadap komentar dan/atau pertanyaan yang disampaikan oleh mahasiswa lain lalu tempel dalam Laporan Melaksanakan Kuliah. Setiap mahasiswa juga dapat diminta untuk menyampaikan laporan pembagian blog dan materi kuliah pada saat melaksanakan ujian tengah semester.
4.4.2.2. Membagikan Blog Mata Kuliah dan Materi Kuliah
Untuk memanfaatkan media sosial dalam pembelajaran, silahkan membagikan membagikan blog mata kuliah dengan mengklik pilihan tombol media sosial untuk membagikan blog secara keseluruhan dan membagikan setiap materi kuliah dengan mengklik tombol pilihan media sosial yang disediakan pada setiap materi kuliah selambat-lambatnya sampai pada Selasa, 9 April 2024 pukul 24.00 WITA. Catat tautan (link) pembagian blog dan pembagian materi kuliah melalui media sosiadiminta untukwajib menyampaikan laporan pembagian blog dan materi kuliah pada saat melaksanakan ujian tengah semester.
4.4..2.3. Mengerjakan Projek Kuliah
Melanjutkan pengerjaan projek kuliah Materi Kuliah 4.1, Materi Kuliah 4.2, dan Mteri Kuliah 4.3, silahkan kerjakan langkah-langkah sebagai berikut:
- Sebutkan tipe habitat yang Anda amati, nama orang yang Anda wawancarai, dan nama desa/kelurahan letak Anda melakukan pengamatan/wawancara.
- Tentukan dampak perubahan iklim seperti apa yang paling mungkin terjadi terhadap tipe habitat yang Anda amati dan jelaskan mengapa dampak tersebut yang terjadi.
- Merujuk pada jawaban Anda pada Butir 2 di atas, sebutkan aksi mitigasi perubahan iklim apa yang dapat dilakukan sebagai upaya pengendalian dan jelaskan mengapa memilih aksi tersebut.
- Merujuk pada jawaban Anda pada Butir 2 di atas, sebutkan aksi adaptasi perubahan iklim apa yang dapat dilakukan sebagai upaya pengendalian dan jelaskan mengapa memilih aksi tersebut.
- Sebagai mahasiswa yang mengambil mata kuliah pada Prodi Kehutanan, jelaskan bagaimana hutan dapat berkontribusi terhadap pemanasan global dan apa yang dilakukan agar hutan dapat berkontribusi dalam pengendalian perubahan iklim.
Laporkan data hasil pengamatan dan wawancara untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan projek kuliah pada saat memasukan Laporan Melaksanakan Kuliah dan Mengerjakan Tugas paling lambat pada Selasa, 9 April 2024 pukul 24.00 WITA.
4.4.3. ADMINISTRASI PELAKSANAAN KULIAH
Untuk membuktikan telah melaksanakan perkuliahan daring materi kuliah ini, Anda wajib mengakses, menandatangani presensi, dan mengumpulkan tugas di situs SIADIKNONA. Sebagai cadangan, silahkan juga menandatangani daftar hadir dan memasukkan laporan melaksanakan kuliah dan mengerjakan tugas dengan mengklik tautan berikut ini:
- Menandatangani Daftar Hadir Melaksanakan Kuliah selambat-lambatnya pada Kamis, 4 April 2024 pukul 24.00 WITA dan setelah menandatangani silahkan periksa hasil penandatanganan daftar hadir;
- Menyampaikan Laporan Melaksanakan Kuliah dan Mengerjakan Tugas selambat-lambatnya pada Selasa, 9 April 2024 pukul 24.00 WITA dan setelah memasukkan silahkan periksa hasil pemasukan laporan.
Mahasiswa yang tidak mengisi dan menandatangani Daftar Hadir Melaksanakan Kuliah dan tidak menyampaikan Laporan Melaksanakan Kuliah dan Mengerjakan Tugas akan ditetapkan sebagai tidak melaksanakan kuliah.
***********
Hak cipta blog pada: I Wayan Mudita
Diterbitkan pertama kali pada Selasa, 26 April 2022, direvisi 4 April 2023.
Diterbitkan pertama kali pada Selasa, 26 April 2022, direvisi 4 April 2023.
Hak cipta selurun tulisan pada blog ini dilindungi berdasarkan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 3.0 Unported License. Silahkan mengutip tulisan dengan merujuk sesuai dengan ketentuan perujukan akademik.
Sebagai seorang mahasiswa bagaimana upaya kita dalam membantu menurunkan efek gas rumah kaca?, Sebutkan Bencana alam apa saja yang pernah terjadi di wilayah NTT yang disebabkan oleh perubahan iklim?
ReplyDeleteMenurut saya sebagai mahasiswa upaya yang dapat kita lakukan yaitu dengan cara-cara sederhana yaitu dengan cara mengurangi memakai kendaraan pribadi , atau menggunakan transportasi umum agar emisi yang dihasilkan kecil. Kemudian menanam pohon karena pohon dapat menyerap karbondioksida yang dihasilkan oleh kegiatan manusia, dan menerapkan 3R yaitu reduce, reuse, recycle. Kemudian bencana yang melanda NTT berkaitan dengan perubahan iklim yaitu siklon tropis Seroja yang terjadi karena perubahan iklim. Perubahan iklim menyebabkan banyaknya siklon tropis yang terjadi.
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteSebutkan salah dampak perubahan iklim yang sering terjadi di Nusa tenggara Timur serta bagaimana cara untuk mengatasi perubahan iklim tersebut?
DeleteThis comment has been removed by the author.
DeleteMenurut saya salah satu dampak perubahan iklim yang sering terjadi di NTT yaitu salah satunya adalah kemarau panjang yang berakibat pada kegagalan panen para petani di NTT.Untuk mengatasi dampak tersebut dapat dilakukan adaptasi perubahan iklim itu dengan cara menerapkan metode system of rice intensification atau SRI.
DeleteThis comment has been removed by the author.
DeleteBadan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan musibah yang melanda NTT disebabkan oleh cuaca ekstrem. Selama lima hari dari 30 Maret hingga 4 April, cuaca di wilayah itu memang sangat tidak bersahabat. Peristiwa ini adalah pertama kali badai siklon berdampak bencana. Biasanya badai siklon di Indonesia tidak sampai ke daratan, hanya terjadi di laut. Menurut analisis, siklon tropis terjadi mungkin saja karena adanya pemanasan global. Meski baru hipotesis sementara, ada hubungan erat antara meningkatnya suhu air laut dan peristiwa bencana ini. Suhu muka air laut di wilayah perairan tersebut tercatat mencapai 30 derajat Celsius dari yang semestinya rata-rata sekitar 26 derajat Celsius. Selain kejadian bencana, perubahan iklim juga berdampak pada ekonomi.
DeleteSebagai contoh, jika kekeringan terjadi semakin sering, tentu akan sulit bagi tumbuhan untuk terus hidup. Jika tumbuhan sulit hidup, bagaimana manusia akan memenuhi kebutuhan pangan? Krisis pangan akan di depan mata. Krisis pangan yang terjadi bisa memicu krisis-krisis yang lain. Krisis kriminalitas hingga krisis kemanusiaan. Kita tahu bahwa pangan adalah salah satu faktor yang bisa memicu perang antarnegara.
Untuk mencegah hal itu, kita semua harus berubah. Kita sebagai individu, dan negara, bahkan dunia dalam lingkup yang lebih luas harus berubah. Dalam lingkup negara, caranya adalah dengan mulai dari pembangunan yang bersih emisi sehingga bisa mencegah perubahan iklim.
Jika sekarang masih menggunakan bahan bakar yang menghasilkan emisi karbon tinggi, perlahan harus beralih pada pembangunan yang lebih ramah lingkungan. Selain itu, juga untuk melakukan penanaman hutan dalam skala yang besar.
Sebagai individu kita juga bisa turut andil. Misalnya, dengan naik kendaraan umum sehingga bisa berkontribusi dalam mengurangi emisi karbon. Kita juga bisa memulai dengan meminimalkan sampah makanan. Sebab, sektor pertanian menyumbang seperempat emisi gas rumah kaca, tapi tidak semua yang dihasilkan sektor pertanian benar-benar dimakan, atau hanya menjadi sampah.
Bagaimana dampak perubahan iklim global terhadap kegiatan pertanian di Indonesia?
ReplyDeleteperubahan iklim akan menyebabkan kekeringan, penurunan air tanah, peningkatan suhu (pemanansan global), banjir, kekurangan kesuburan tanah, perubahan cuaca, dan lain-lain yang berisiko gagal panen dan kelaparan. Contohnya pada saat terjadi El Nino pada 1997 yang merusak 426.000 hektare sawah.
DeletePerubahan iklim global berpengaruh terhadap pola tanam, perencanaan aktivitas kegiatan pertanian sehingga jadwal tanam akan terganggu yang mengakibatkan menurunnya angka produksi, penurunan kualitas bahkan mengalami kegagalan panen yang menyebabkan kerugian.
DeleteDampak dari perubahan iklim ini menurut petani menyebabkan semakin panjang nya musim kemarau. Musim kemarau cenderung tiba pada bulan Juni hingga November. Perge- seran musim memberikan dampak terhadap peningkatan risiko gagal panen, kerusakan hasil panen, dan penurunan kualitas panen.
DeletePerubahan iklim akan menyebabkan kekeringan, penurunan air tanah, peningkatan suhu (pemanansan global), banjir, kekurangan kesuburan tanah, perubahan cuaca, dan lain-lain yang berisiko gagal panen dan kelaparan. Contohnya pada saat terjadi El Nino pada 1997 yang merusak 426.000 hektare sawah. Terjadinya perubahan iklim, akan berpengaruh pada perencanaan aktivitas kegiatan pertanian, sehingga jadwal tanam akan terganggu yang mengakibatkan menurunnya angka produksi dan bahkan kegagalan panen. Kemudian munculnya sumber penyakit-penyakit baru pada tanaman, angin kencang dan badai yang merusak tanaman.
Deleteperubahan iklim akan menyebabkan kekeringan, penurunan air tanah, peningkatan suhu (pemanansan global), banjir, kekurangan kesuburan tanah, perubahan cuaca, dan lain-lain yang berisiko gagal panen dan kelaparan.
DeletePerubahah iklim yang berdampak pada pertanian seperti perubahan pola curah hujan, kenaikan suhu udara, kejadian iklim ekstrim berupa banjir dan kekeringan menyebabkan penurunan produksi yang dapat menghambat pencapaian tujuan pembangunan pertanian.
DeleteJelaskan apa saja dampak yang terjadi dari perubahan iklim terhadap perubahan sistem manusia?
ReplyDeletePerubahan iklim tidak hanya berdampak pada lingkungan saja, tetapi juga pada perilaku, fisik dan mental manusia. Perubahan iklim dapat mengkibatkan perubahan cuaca yang sangat ekstrim, sehingga menimbulkan beberapa perubahan perilaku dan mental manusia, seperti meningkatnya alergi dan risiko sakit jantung.
Deleteperubahan iklim yang menimbulkan dampak terhadap perubahan sistem manusia yaitu kesulitan air dan penurunan produksi, gangguan kesehatan dan kesejahteraan, dan dampak terhadap kota, permukiman, dan infrastruktur.
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteSebutkan dan jelaskan upaya apa yang telah dilakukan Indonesia dalam mengatasi pengendalian perubahan iklim !?
ReplyDeleteupaya untuk melakukan perbaikan iklim dunia di antaranya adalah :
Delete1.Mengurangi jumlah kendaraan pribadi dengan bahan bakar minyak dan mengalihkannya ke kendaraan dengan tenaga listrik
2.Melakukan berbagai kebijakan untuk pemulihan hutan di Indonesia untuk mengembalikan fungsi hutan
3.Menerapkan kebijakan untuk reduce, reuse, dan recycle
Ada empat langkah strategis yang disampaikan oleh Presiden RI untuk menangani perubahan iklim antara lain:
Delete1. Memastikan semua negara memenuhi kontribusi nasional bagi penanganan perubahan iklim.
2. Menggerakkan potensi masyarakat untuk bersama-sama menumbuhkan kesadaran dalam menangani dan melakukan aksi terkait dampak perubahan iklim.
3. Kepala Negara juga menyerukan penguatan kemitraan global dengan memprioritaskan kerja sama peningkatan kapasitas dalam menghadapi perubahan iklim bagi negara-negara di kawasan Pasifik.
4. Mengajak seluruh negara untuk terus melanjutkan pembangunan hijau guna menjadikan dunia yang lebih baik.
Sementara itu, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar mengatakan, melalui NDC yang disusun pemerintah, kebijakan mengenai mitigasi perubahan iklim juga diarahkan untuk mampu meningkatkan ketahanan ekonomi, ketahanan sosial dan kebutuhan dasar hidup, serta ketahanan ekosistem dan bentang alam.
Bagaimana dampak besar yang terjadi pada Global Warming di Dunia akibat adanya wabah pandemi COVID-19. Tertunda nya atau berhentinya aktivitas pabrik di sebagian perusahaan dan berkurangnya kuantitas penyebaran C02 dari kendaraaan, apakah kondisi ini memungkinkan untuk memulihkan kembali dampak global warming yg sebelum nya terjadi?
ReplyDeleteseperti yang kita ketahui bersama, pada masa awal lockdown, riset menunjukan penyebaran CO2 dan asap2 beracun berkurang dikarenakan ditutupnya aktifitas diluar rumah. akibatnya ozon yang semula menipis, mulai berkembang lagi. hal ini menunjukan ada peluang bagi kita untuk memperbaiki keadaan global warming mengingat pencemaran entah udara, air, ataupun tanah salah satu penyebab terjadinya kerusakan lingkungan yang tentunya merusak habitat dan terjadilah pemanasan global.
DeleteBagaimana dampak yang terjadi pada global warning di indonesia akibat wabah covid-19 yang dikaitkan dengan pertanian di Indonesia
ReplyDeleteDi tengah Pandemi Covid-19 dan potensi ancaman perubahan iklim yang sedang melanda dunia saat ini, Kementerian Pertanian secara konsisten berupaya menciptakan pertanian Indonesia yang maju, mandiri dan modern dengan terus berinovasi melakukan terobosan-terobasan strategi pembangunan sektor pertanian yang semakin antisipatif dan adaptif.
DeleteDampak perubahan iklim seperti banjir, kekeringan, sedimentasi, erosi, eksplosi dan hama penyakit yang telah di warning oleh FAO dan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sejak tahun 2020 ini, memberikan dampak bagi sektor pertanian khususnya sub sektor tanaman pangan.
Untuk itu Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo menekankan pentingnya kesiapan sektor pertanian ditengah kuatnya perubahan iklim global. Banyak negara yang yang saat ini tengah mengalami kesulitan dalam hal produksi pangan.
Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim (United Nations Framework Convention on Climate Change, UNFCCC) , jelaskam konsep Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim !
ReplyDeleteKonsep dari Konvensi Kerangka Kerja Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNFCCC) adalah melakukan perjanjian lingkungan internasional yang dirundingkan pada KTT Bumi di Rio de Janeiro tanggal 3 sampai 14 Juni 1992 dan diberlakukan tanggal 21 Maret 1994, dengan tujuan untuk "menstabilkan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer sampai tingkat yang mampu mencegah campur tangan manusia dengan sistem iklim".
DeleteJelaskan mengapa pemanasan global menjadi faktor pendorong utama perubahan iklim?
ReplyDeleteKenaikan suhu tersebut disebabkan oleh peningkatan emisi gas karbon dioksida dan gas rumah kaca lainnya. Akibatnya, gas rumah kaca akan memerangkap panas di bumi sehingga terjadi kenaikan suhu. Hal tersebut akhirnya memengaruhi keadaan iklim yang berdampak kepada perubahan pola cuaca.
DeleteIklim berubah secara terus menerus karena interaksi antara komponen-komponennya dan faktor eksternal seperti erupsi vulkanik, variasi sinar matahari, dan faktor-faktor disebabkan oleh kegiatan manusia seperti misalnya perubahan pengunaan lahan dan penggunaan bahan bakar fosil.
DeleteApa komitmen pengendalian perubahan iklim
ReplyDeletePersetujuan Paris merupakan perjanjian internasional tentang perubahan iklim yang
Deletebertujuan untuk menahan kenaikan suhu rata- rata global di bawah 2°C di atas tingkat
di masa pra-industrialisasi dan melanjutkan upaya untuk menekan kenaikan suhu
ke 1,5°C di atas tingkat pra–industrialisasi. Komitmen Indonesia sendiri terhadap upaya pengendalian perubahan iklim tercermin dalam keikutsertaannya dalam Persetujuan Paris atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Perubahan Iklim (Paris Agreement to the United Nations Framework Convention on Climate Change). Sebagai tindak lanjut atas keikutsertaan ini, Indonesia telah meratifikasi Paris Agreement melalui UU No. 16 Tahun 2016. Indonesia juga telah menyampaikan dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) dan dokumen updated NDC ke Sekretariat UNFCCC yang menunjukkan betapa nyatanya komitmen Indonesia..“Peran aktif Indonesia juga dibuktikan dalam fakta bahwa Indonesia merupakan salah satu negara berkembang pertama yang menyampaikan target nasionalnya sebagai bentuk komitmen sukarela di tingkat internasional yaitu penurunan emisi sebanyak 26% dari kondisi business-as-usual pada tahun 2030 dengan sumber daya nasional dan hingga 41% jika mendapatkan dukungan dan kerja sama internasional”
Apa yang terjadi apabila kadar gas rumah kaca di atmosfer bumi semakin meningkat?
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
DeleteDengan meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer, maka jumlah energi matahari yang dipantulkan kembali ke Bumi akan menjadi lebih besar. Dampak utama yang terjadi apabila kadar gas rumah kaca meningkat adalah terjadinya pemanasan global.Nah, dari pemanasan global inilah dapat memicu hal-hal seperti : Kekeringan karena suhu udara meningkat dan kerusakan ekosistem lainnya akibat perubahan iklim.
DeleteDampak utama yang terjadi apabila kadar gas rumah kaca ini meningkat adalah terjadinya pemanasan global. Nah, dari pemanasan global inilah dapat memicu hal-hal seperti : Kekeringan karena suhu udara meningkat.
Deletejika kadar gas rumah kaca di atmosfer bumi semakin meningkat maka kekeringan dibumi meningkat karena suhu dibumi terus meningkat, tidak hanya terjadi kekeringa tetapi juga munculnya berbagai jenis penyakit karena bakteri membelah diri. bahkan es yang berada di kutub juga akan iku mencair akibat peningkatan kadar gas rumah kaca.
DeleteEfek gas rumah kaca sejatinya dibutuhkan untuk menjaga suhu bumi, supaya perbedaan suhu antara siang dan malam tidak terlalu besar. Namun gas rumah kaca yang berlebihan akan menyebabkan pemanasan global dimana suhu di bumi akan naik secara signifikan yang ditandai dengan hal-hal antara lain mencairnya es di kutub, rusaknya ekosistem, naiknya ketinggian permukaan air laut dan perubahan iklim yang ekstrim.
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteJelaskan kepatuhan terhadap kesepakatan global, dalam Pengendalian perubahan iklim ?
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteApakah ada kaitannya antara terjadinya Seroja dengan perubahan iklim dan pemanasan global ? Jika ada bisa di jelaskan!
ReplyDeleteMenurut saya ada kaitannya,berdasarkan sumber artikel yang saya baca dikatakan salah satu faktor terjadinya siklon tropis Seroja adalah suhu muka laut di perairan yang semakin panas di wilayah Samudera Hindia hingga 29 derajat celsius atau jauh lebih tinggi dari suhu rata-rata, yakni 26,5 derajat celsius.
DeleteKemudian suhu udara di lapisan atmosfer menengah juga meningkat pada tekanan 500 milibar atau lebih dari 7 derajat celsius.Kedua hal meningkatkan kelembapan udara dan mengakibatkan tekanan udara pada zona yang suhunya semakin hangat tersebut tekanannya menjadi rendah dibanding sekitarnya. Jadi ini merupakan salah satu dampak dari perubahan iklim.
Tindakan apa saja yang dapat Mengurangi pemanadan Global
ReplyDeleteSalah satu cara paling mudah yang dapat kita lakukan adalah menghemat dalam rumah, seperti listrik dan panas kita dihasilkan dari batu bara, minyak, dan gas. Gunakan lebih sedikit energi dengan meminimalkan kebutuhan memanaskan dan mendinginkan suhu, kita bisa gunakan bola lampu LED dan peralatan listrik hemat energi, mencuci pakaian dengan air dingin, atau menjemur cucian dan biarkan kering oleh panas matahari dan tidak menggunakan mesin pengering
DeleteJelaskan bagaimana aktivitas gunung berapi dapat mengakibatkan perubahan iklim !
ReplyDeleteLetusan gunung api dapat menyebabkan terjadi pemanasan global (global warming). Hal ini disebabkan karena pada saat gunung api meletus, tidak hanya abu vulkanik yang dikeluarkan, tetapi juga kadang-kadang mengeluarkan gas. Ada dua yang tipe gas yang secara signifikan dikeluarkan gunung api, yaitu gas CO2 dan SO2.Ketika CO2 keluar maka terjadi efek rumah kaca. Panas yang masuk ke Bumi tertahan tidak bisa keluar lagi sehingga terjadi global warming. Tetapi kalau SO2 yang keluar itu sebaliknya, gas ini seperti payung jadi panas dari matahari tidak bisa masuk maka beberapa gunung api besar yang mengeluarkan SO2, menurunkan temperatur Bumi sampai beberapa tahun kemudian.
Deletebagaimana kini cara kita memenuhi keharusan untuk menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) dengan cepat guna meminimalkan dampak terparah perubahan iklim?
ReplyDeleteMenurut saya yang dapat kita lakukan untuk menurunkan emisi gas rumah kaca secara cepat adalah dengan melakukan efisiensi energi dan mengurangi kegiatan yang mampu menghasilkan CO2. Jika dilakukan secara bersama-sama, menurut saya akan membawa perubahan dalam waktu singkat. Namun, untuk memperoleh hasil yang besar kita dapat mulai dengan hal-hal kecil dari diri sendiri seperti tidak lagi menggunakan plastik dan kertas.
DeleteDi dalam blog di sebutkan bahwa Protokol Kyoto tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan sehingga perlu diambil langkah-langkah yang lebih kongkrit. Mengapa protokol Kyoto tidak berjalan dengan sebagaimana yang diharapkan? Dan langkah-langkah kongkrit seperti apa yang harus diambil?
ReplyDeleteDidalam materi dikatakan bahwa ada faktor-faktor alam yang mempengaruhi pola iklim. Bagaimana perubahan aktivitas matahari mampu mempengaruhi pola iklim?
ReplyDeleteAktivitas matahari berpengaruh pada perubahan iklim. Aktivitas matahari mempengaruhi radiasi matahari, jumlah energi matahari yang sampai ke bumi, medan magnetik sekitar bumi, dan jumlah partikel bermuatan yang dipancarkan matahari sehingga mengubah intensitas sinar kosmik yang sampai ke bumi.
DeleteMatahari yang menyinari bumi menghasilkan radiasi panas yang ditangkap oleh atmosfer sehingga udara bumi bersuhu nyaman bagi kehidupan manusia. Apabila atmosfer bumi dijejali oleh gas-gas akibat ulah manusia menyebabkan terjadinya efek selimut seperti yang terjadi pada rumah kaca. Radiasi panas yang lepas ke udara ditahan oleh selimut gas tersebut sehingga suhu bumi menjadi naik dan menjadi panas yang mempengaruhi perubahan iklim. Radiasi panas yang ditangkap oleh atmosfer dipengaruhi oleh aktivitas penyinaran matahari, sehingga variabilitas matahari menjadi faktor dominan yang menyebabkan perubahan iklim.
DeleteDidalam buku An introductinonal Sustaible Development disebutkan Terdapat Tantangan pengembangan yang berkelanjutan, sebut dan jelaskan tantangan yang dihadapi
ReplyDeleteDi dalam materi dijelaskan bahwa salah satu faktor terjadinya perubahan iklim adalah variabilitas iklim, coba jelaskan bagaimana variabilitas iklim tersebut mempengaruhi perubahan iklim dan bagaimana cara mengendalikannya !
ReplyDeleteCoba jelaskan bagaimana dampak perubahan iklim terhadap ekosistem berupa perubahan struktur ekosistem, pergeseran kisaran hidup spesies, dan perubahan waktu perkembangan (fenologi, phenology)!
ReplyDeleteBagaimana dampak perubahan iklim global terhadap kegiatan pertanian di Indonesia khususnya NTT
ReplyDeletePerubahan iklim berdampak sangat buruk bagi Indonesia, khususnya pada sektor keamanan pangan dan sektor perikanan. Kekeringan yang terjadi di Indonesia mengubah pola tanam yang mengakibatkan gagal panen. Di NTT sendiri akibat perubahan iklim menyebabkan lamanya musim kemarau daripada musim hujan sehingga sebagian besar wilayah di NTT mengalami kekeringan, jadwal penanaman yang berubah sehingga menyebabkan penurunan kualitas hasil panen dan kerusakan hasil panen yang cenderung berujung pada gagal panen.
DeleteApakah el nino ada kaitannya dengan perubahan iklim dan pemanasan global? Jelaskan!
ReplyDeleteIya ada kaitannya karena El Nino adalah proses terjadinya peningkatan suhu air laut di daerah ekuator yang dapat berdampak mengganggu iklim secara global.
DeleteApa saja yang harus dilakukan untuk mengatasi pemanasan global?
ReplyDeleteHal-hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi pemanasan global, antara lain:
Delete1. Menghemat energi baik listrik maupun air
2. Menggunakan kendaraan umum saja
3. Menanam pohon atau melakukan kegiatan reboisasi
4. Melakukan kegiatan reduce, reuse, dan recycle
5. Mengurangi penggunaan bahan perusak ozon
6. Melestarikan hutan
7. Menghemat bahan bakar
apa saja kriteria yang dibutuhkan dalam menerapkan Mekanisme Pembangunan Bersih?
ReplyDeleteKriteria yang dibutuhkan dalam menerapkan Mekanisme Pembangunan Bersih adalah mekanisme ini hanya dapat dilakukan pada negara yang berkembang, di mana negara maju dapat menurunkan emisi gas rumah kacanya dengan mengembangkan proyek ramah lingkungan di negara berkembang. Jadi dalam menerapkan mekanisme ini dibutuhkan negara berkembang.
DeleteApa hubungan antara Protokol Kyoto dengan Unfccc?
ReplyDeleteKyoto Protocol to the UNFCCC), adalah sebuah traktat internasional yang memperpanjang Konvensi Kerangka Kerja Perubahan Iklim PBB (UNFCCC) untuk mengurangkan emisi gas rumah kaca. Ia berdasarkan konsensus ilmiah yang menyatakan bahwa pemanasan global disebabkan oleh emisi CO2 pada atmosfer Bumi.
DeleteApa dampak pemanasan global sangat berpengaruh untuk perkembangan ekonomi
ReplyDeleteMenurut saya pemanasan global memang sangat berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi. Pemanasan global yang terjadi tidak hanya berpengaruh terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada alam namun turut serta mempengaruhi manusia dan perekonomiannya. Berdasarkan penelitian yang baru diterbitakan Jurnal Nature Communications menggambarkan masa depan tak terlalu cerah. pemansan global terlanjur memberikan dampak buruh pada dunia yang saat ini kita tinggali. terutama, dampak ekonominya sangat serius.
Deletepemanasan global yang turut menyebabkan pencairan es dan permafrost di wilayah Arktik, berpotensi menambahkan kerugian jangka panjang bagi perekonomian dunia setidaknya mencapai US$ 24 triliun atau setara dengan Rp. 342 kuadriliun. Bahkan diperkirakan akan meningkat lebih lagi jika manusia tidak mengambil tindakan untuk mengerem efek buruk gas rumah kaca.
Perubahan iklim di Arktik, mampu menaikan suhu global yang akan mempengaruhi terjadinya banyak bencana alam, seperti banjir serta peningkatan permukaan air laut. berbagai kejadian bencana alam yang terjadi akan mempengaruhi secara langsung perekonomian wilayah terdampak bencana maupun berdampak tidak langsung pada perekonomian global.
pemanasan global yang turut menyebabkan pencairan es dan permafrost di wilayah Arktik, berpotensi menambahkan kerugian jangka panjang bagi perekonomian dunia setidaknya mencapai US$ 24 triliun atau setara dengan Rp. 342 kuadriliun. Bahkan diperkirakan akan meningkat lebih lagi jika manusia tidak mengambil tindakan untuk mengerem efek buruk gas rumah kaca.
DeleteDengan melihat kondisi saat ini, apakah ada kemungkinan bahwa pemansan global akan cepat teratasi jika hanya dilakuakan oleh sebagian kecil manusia saja?
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
Deleteitu membutuhkan waktu yanga sangat lama, karena hanya sebagian kecil orang yang melakukan hal tresebut.
DeleteApa yang menjadi penyebab sehingga Protokol Kyoto tidak berjalan dengan semestinya?
ReplyDeleteSebuah kajian yang diluncurkan oleh World Growth baru-baru ini menunjukkan bahwa salah satu penyebab kegagalan Protokol Kyoto terletak di alih teknologi reduksi emisi gas rumah kaca yang tidak berjalan seperti rencana dan tidak mempertimbangkan standar hidup di negara-negara berkembang.
DeleteSebuah kajian yang diluncurkan oleh World Growth baru-baru ini menunjukkan bahwa salah satu penyebab kegagalan Protokol Kyoto terletak di alih teknologi reduksi emisi gas rumah kaca yang tidak berjalan seperti rencana dan tidak mempertimbangkan standar hidup di negara-negara berkembang. Kajian berjudul "Teknologi untuk Reduksi Emisi Gas Rumah Kaca - Kajian Strategis" itu diluncurkan di sela-sela Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC), di Nusa Dua, Bali
DeleteApa upaya yang harus di lakukan untuk menekan kenaikan suhu ke 1,5°C di atas tingkat pra–industrialisasi.
ReplyDeleteUpaya yang dilakukan untuk menekan suhu global antara lain dengan melakukan rebosasi yang merupakan cara efektif dalam menekan karbondioksida yang berlebihan kemudian dengan menghemat penggunaan energi, ememinimalisir penggunaan plastik dan yang terakhir menjalakan pola hidup yang ramah lingkungan.
Delete
ReplyDeleteApa hubungan antara pemanasan global dan perubahan iklim?
Pemanasan global atau global warming adalah meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, bumi, dan lautan. Sedangkan perubahan iklim atau climate change merupakan perubahan yang signifikan pada iklim, seperti suhu udara atau curah hujan, selama kurun waktu 30 tahun atau lebih. Perubahan iklim merupakan proyeksi kelanjutan dari global warming.
DeleteLembaga atau persidangan manakah level keputusan tertinggi yang diambil dalam proses persidangan dibawah Unfccc dan Protokol Kyoto?
ReplyDeleteDalam proses perkara yang berkaitan dengan United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) dan Protokol Kyoto, keputusan tertinggi diambil oleh Konferensi Para Pihak (Conference of the Parties/COP). COP adalah badan pengambil keputusan tertinggi dari UNFCCC dan bertanggung jawab atas pengawasan implementasi konvensi dan protokol yang terkait dengan perubahan iklim.
DeleteSedangkan, jika mengacu pada Protokol Kyoto, perlu diketahui bahwa Protokol Kyoto memiliki badan pengambil keputusan tersendiri yang dikenal sebagai Masa Sidang Para Pihak Protokol Kyoto (Meeting of the Parties/MOP). MOP adalah pertemuan tahunan para pihak yang merupakan negara-negara yang telah meratifikasi Protokol Kyoto. MOP memiliki kewenangan untuk mengambil keputusan terkait dengan implementasi dan pemantauan Protokol Kyoto.
Apa saja upaya yang sudah dipersiapkan Pemerintahindonesia untuk mitigasi perubahan iklim?
ReplyDeleteUpaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mitigasi perubahan iklim di antaranya:
Delete1. Memperkuat kapasistas pemerintah daerah dalam mendukung upaya daerah dalam adaptasi dan mitigasi perubahan iklim
2. Menjalin kemitraan dengan kementrian/lembaga terkait pemerintah daerah baik dalam dunia usaha dan lembaga non-pemerintah
3. Mendorong komitmen pengambil kebijakan di tingkat nasional dan daerah untuk mendukung pelaksanaan upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim serta kegiatan ekonomi masyarakat
4. Meningkatkan pengembangan dan penerapan teknologi tepat guna yang mendukung upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim di tingkat lokal serta kegiatan ekonomi masyarakat
Langkah-langkah yang perlu di ambil untuk menangani masalah perubahan iklim?
ReplyDeleteLangkah-langkah untuk menangani masalah perubahan iklim yaitu antaran lain sebagai berikut
Delete1. Mengurangi penggunaan kendaraan motor pribadi.
2. Mengurangi penggunaan lampu pada siang hari.
3.Mengurangi penggunaan plastik.
4. Menggunakan sumber energi terperbaharukan.
5. Meningkatkan daur ulang.
Apakah perdagangan emisi ini efektif dalam mengurangi emisi gas rumah kaca?
ReplyDeleteYa, karena pada Sidang ketiga Konferensi Para Pihak (Third Session of the Conference of Parties, COP-3) yang diselenggarakan di Kyoto, telah membuat peraturan tentang Protokol Kyoto mengatur mekanisme penurunan emisi GRK yang dilaksanakan negara-negara maju, yakni: (1) Implementasi Bersama (Joint Implementation), (2) Perdagangan Emisi (Emission Trading); dan (3) Mekanisme Pembangunan Bersih (Clean Development Mechanism, CDM). Joint Implementation (JI) merupakan mekanisme penurunan emisi dimana negara-negara Annex I dapat mengalihkan pengurangan emisi melalui proyek bersama dengan tujuan mengurangi emisi GRK. Emission Trading (ET) merupakan mekanisme perdagangan emisi yang dilakukan antar negara industri, dimana negara industri yang emisi GRK-nya di bawah batas yang diizinkan dapat menjual kelebihan jatah emisinya ke negara industri lain yang tidak dapat memenuhi kewajibannya. Clean Development Mechanism (CDM) merupakan mekanisme penurunan emisi GRK dalam rangka kerja sama negara industri dengan negara berkembang. Mekanisme ini bertujuan agar negara Annex I dapat mencapai target pengurangan emisi melalui program pengurangan emisi GRK di negara berkembang.
Deletedari penjelasan di atas kita bisa simpulkan bahwa perdagangan emisi dapat mengurangi gas rumah kaca.
Menurut saya ,salah satu cara yang dapat kita lakukan untuk mengurangi efek rumah kaca yang dapat berakibat pada pemanasan global yaitu dengan cara mengurangi penggunaan palstik .Plastik merupakan senyawa polimer yang sulit terdegradasi di dalam tanah. Untuk mengurangi limbah plastik di dalam tanah, satu di antara cara termudah adalah dengan membakarnya.Nah, pembakaran itu akan menghasilkan gas karbondioksida dalam jumlah besar. Untuk itu, batasi penggunaan plastik dengan cara membawa botol air minum sendiri atau membawa tas kain saat berbelanja.
ReplyDeleteJelaskan bagimana dampak perubahan iklim terhadap kesehatan manusia
ReplyDeleteSuhu udara yang meningkat secara signifikan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan jantung. Dan apabila seseorang mengalami dehidrasi serta terpapar panas yang ekstrim maka dapat berpotensi memicu kerusakan pada otak.
DeleteSelain panas yang ekstrim, cuaca dingin yang berlebihan juga bisa mengakibatkan daya imun tubuh menurun sehingga mudah terserang penyakit. Pada masa pancaroba ini bukan hanya manusia yang tidak bisa selalu keluar rumah, akan tetapi bakteri-bakteri dalam tubuh juga akan terperangkap dan menyebabkan daya imun menurun.
DeleteBagaimana variabilitas iklim dapat mempengaruhi perubahan iklim
ReplyDeleteuntuk varibialitas iklim ini disesuaikan dengan daerah tempatnya
Deleteiklim di Indonesia tentunya tidak sama dengan setiap negara lain. variabilitas ini akan semakin parah apabila terjadi kerusakan lingkungan seperti pencemaran, penggundulan dsb, yang menyebabkan terjadinya perubahan iklim. contoh bagusnya antartika yang dulunya beriklim dingin, tapi semenjak terjadi pemanasan global, suhu didaerah tersebut meningkat, dan akibatnya es disana mencair yang mengakibatkan peningkatan volume air pantai
apa kah di NTT ada program kampung iklim? jika ada sebutkan dimana tempatnya?
ReplyDeleteUntuk saat ini di NTT belum memiliki kampung Iklim
DeleteBagaimana Katan antara Hutan, Pemanasan Global dan Es Kutub yang mencair
ReplyDeleteHutan merupakan sumber oksigen dunia, pemanasan global akan meningkat ketika hutan rusak dan tidak di jaga, semakin tinggi pemanasan global maka kutip Utara akan mencair dan luas daerah perairan di muka bumi akan meningkat
DeleteSaat ini pemanasan global merupakan suatu keadaan yang tidak bisa dihindari lagi. Kira" sebagai kaum muda yang menjadi tombak untuk segala persoalan, apa yang bisa kita lakukan untuk menanggulangi hal tersebut?
ReplyDeletemenurut saya pentingnya kesadaran akan cinta lingkungan itu penting mengingat kita sendiri juga tidak bisa mengelak dunia semakin maju, namun tingkat kerusakan makin besar. penggunaan teknologi ramah lingkungan merupakan salah satu upaya untuk bisa menjaga lingkungan entah pertanian organik, perbaikan unsur hara, menjaga hutan tetap asri, penerapan AMDAL yang ketat dan tegas pada setiap pembangunan. beberapa hal ini bisa meningkatkan peluang untuk penurun pemanasan global itu sendiri
DeleteBagaimana keterkaitan antara iklim dan pemanasan global
ReplyDeletePemanasan global atau global warming adalah meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, bumi, dan lautan. Sedangkan perubahan iklim atau climate change merupakan perubahan yang signifikan pada iklim, seperti suhu udara atau curah hujan, selama kurun waktu 30 tahun atau lebih. Pemanasan global mengakibatkan naiknya suhu permukaan bumi sekitar 5 derajat celcius per tahun, hal ini mengakibatkan terjadinya perubahan iklim di seluruh dunia. Pemanasan global juga mengakibatkan mencairnya kantong- kantong es di kutub Utara maupun kutub Selatan.
Deletesaya ingin bertanya saat ini sudah sangat banyak pembangunan gedung yang otomatis area hijau terus berkurang, dan tentunya menyebabkan perubahan iklim salah satunya pemanasan global. apakah strategi yang cocok dalam menanggulangi hal tersebut? karena kalau menanam pohon, tapi area tanamnya tidak ada, dan juga tanahnya tercemar akibat kegiatan pembangunan juga agak merepotkan
ReplyDeleteapa yang akan terjadi jika tidak ada hutan dan bumi hanya ada gedung -gedung?
ReplyDeleteTidak ada makhluk hidup yang hidup di bumi di karenakan tidak ada hutan berarti tidak ada oksigen untuk bernapas
DeleteApa saja upaya yang dilakukan pemerintah dan masyarakat untuk mengendalikan pemanasan global ?
ReplyDeleteUntuk mengendalikan pemanasan global, upaya yang dilakukan pemerintah dan masyarakat yaitu contohnya menggunakan transportasi umum, meminimalkan penggunaan peralatan yang mengandung CFC, dan menghemat air.
DeleteUpaya yang dilakukan adalah 1. Pengelolaan sampah limbah padat dan cair 2. Peningkatan tutupan vegetasi 3. Budidaya pertanian rendah emisi gas rumah kaca
DeleteTelah kita ketahui bahwa indonesia pernah mengalami perubahan iklim yang ekstrim pada bulan mei sampai april 2021 sehingga menyebabkan bencana alam ,dimana peristiwa tersebut terjadi akibat badai siklon tropis. Bagaimana tanggapan teman - teman mengenai siklon tropis yang terjadi dan bagaimana cara penanganannya agar badai seroja tersebut tidak terjadi lagi?
ReplyDeleteSeperti yang kita ketahui bahwa di NTT para petani sering melakukan kegiatan lahan tebas bakar dan berpindah, apakah hal ini berkaitan dengan pemanasan global ? Jika ya , kira2 cara ala yang dapat kita lakukan untuk meminimalisir hal ini ?
ReplyDeleteApa saja keuntungan yang didapatkan oleh negara-negara yang terikat kesepakatan terkait dengan perubahan iklim dunia?
ReplyDeleteApa sajaFaktor alami yang dapat berkontribusi terhadap perubahan iklim?
ReplyDeleteManusia diklaim menjadi aktor utama yang paling bertanggung jawab di balik meningkatnya intensitas perubahan iklim yang terjadi akhir-akhir ini. Namun, tak hanya manusia saja, alam melalui berbagai proses alaminya juga ikut berkontribusi terhadap kasus perubahan iklim meski dalam rasio yang kecil. Berikut beberapa faktor alami yang memicu terjadinya perubahan iklim.
Delete1. Perubahan Orbit dan Rotasi Bumi
Pada kasus perubahan iklim yang terjadi di masa lalu, perubahan orbit bumi dan poros rotasinya memberikan kontribusi yang besar. Ini terjadi dikarenakan adanya perubahan orbit planet yang dapat mempengaruhi jumlah sinar matahari, khususnya pada musim panas di belahan bumi bagian utara.
Melansir dari United States Environmental Protection Agency, hal tersebut menjadi penyebab utama siklus zaman es yang terjadi di masa lampau. Bumi mengalami periode glasial dalam waktu yang lama dengan suhu terdingin mencapai rata sekitar 11°F lebih dingin daripada saat ini. Sebaliknya, periode interglasial berlangsung lebih pendek dengan suhu terhangat rata-rata paling tinggi 2°F daripada sekarang.
2. Variasi Penyinaran Sinar Matahari
Intensitas cahaya matahari yang sampai ke permukaan bumi dapat berpengaruh terhadap perubahan iklim di Bumi meskipun tak signifikan. Dipengaruhi oleh adanya perubahan energi matahari yang terpancar, variasi penyinaran matahari memiliki segelintir efek terhadap iklim bumi, salah satunya yaitu meningkatnya aktivitas evaporasi atau penguapan.
Kendati demikian, hasil pengukuran berbagai satelit sejak tahun 1978 yang mengukur jumlah energi yang diterima bumi dari matahari menyebutkan hasil yang antiklimaks. Energi keluaran matahari memang dapat berpengaruh terhadap perubahan iklim, tetapi dalam rasio yang sangat kecil dan lebih didominasi akibat aktivitas manusia itu sendiri.
3. Perbedaan Penerimaan Sinar Matahari di Permukaan Bumi
Kelanjutan dari intensitas cahaya matahari di atas adalah seberapa besar penerimaan atau penyerapannya oleh Bumi. Besar tidaknya sinar matahari yang diterima Bumi bergantung pada kondisi atmosfer dan topografi. Dari keseluruhan sinar matahari yang mencapai Bumi, sekitar 70 persen diserap dan sisanya terpantulkan kembali. Benda dan permukaan wilayah yang gelap, seperti laut, hutan, dan tanah, cenderung menyerap lebih banyak sinar matahari.
Hal sebaliknya juga berlaku, dimana benda dan permukaan wilayah yang berwarna terang, seperti salju dan awan, lebih dominan untuk memantulkan sinar matahari. Dengan makin banyaknya es yang mencair dan membentuk lautan, maka akan semakin banyak pula sinar matahari yang diserap oleh Bumi serta meningkatkan intensitas pemanasan global.
4. Adanya Aktivitas Vulkanisme
Kegiatan vulkanisme, seperti gunung meletus juga memicu terjadinya perubahan iklim. Letusan gunung berapi melepaskan gas karbon dioksida dalam jumlah yang besar. Seperti yang diketahui, karbon dioksida merupakan salah satu gas rumah kaca yang berperan pada peningkatan suhu Bumi. Namun, letusan tersebut juga mengeluarkan partikel lain berupa aerosol yang mendinginkan Bumi dengan cara memantulkan sinar matahari kembali ke ruang angkasa.
5. Perubahan Konsentrasi Gas Karbon Dioksida yang Terjadi Secara Alami
Frekuensi jumlah gas karbon dioksida bervariasi dalam ratusan ribu tahun terakhir, terutama pada zaman glasial. Selama periode interglasial yang memiliki suhu hangat, kadar karbon dioksida lebih tinggi. Sebaliknya, pada periode glasial yang mempunyai suhu dingin, tingkat karbon dioksida lebih rendah. Adanya anomali terkait pemanasan atau pendinginan permukaan bumi dan lautan tersebut menjadi faktor utama dari perubahan sumber alami dan penyerapan gas karbon dioksida itu sendiri.
Akibat dari proses tersebut dapat mengubah konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer yang sangat berpengaruh terhadap pemanasan global. Namun peningkatan gas karbon dioksida yang terjadi dalam beberapa dekade terakhir justru lebih didominasi akibat kegiatan manusia, seperti penggundulan hutan, pembakaran bahan bakar fosil, sampah, serta sebagai hasil dari reaksi kimia tertentu, salah satunya yaitu pembuatan semen.
Bagaimana cara mengikat masyarakat agar peduli terhadap perubahan iklim?
ReplyDeleteApa yang menyebabkan pola iklim dapat berubah karena faktor buatan manusia ?
ReplyDeleteTebas bakar lahan pertanian, penebangan pohon secara liar
DeleteApa dampak dari perubahan iklim?
ReplyDeleteada beberapa dampak yang dipegaruhi perubahan iklim, diantaranya :
Delete1. suhu yang lebih panas
2. badai yang lebih hebat
3. meningkatnya kekeringan
dan masih banyak lagi, yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan juga
Seberapa buruk perubahan iklim mempengaruhi lingkungan dalam skala global?
ReplyDeleteseperti yang kita ketahui bahwa negara Indonesia juga sedang gencar-gencarnya menggunakan bahan bakar listrik untuk kendaraan (roda 2 &roda 4) apakah bahan bakar tersebut baik untuk lingkungan atau malah dapat menyebabkan perubahan iklim di Indonesia?
ReplyDeletejika kita melihat dari kendaraan bahan bakar listrik senditi kita dapat melihat berbagai keuntungan yang didpatkan dimulai dari tidak mengahsilkan polusi atau pun karbon yang memicu pemanasan global, tidak menimbulkan kebisingan, dll. Namun jika kita melihat dari sektor energi kita yang masih menggunakan batu bara ataupun energi fosil sebagai bahan utama tenaga listrik maka ini masih belum dikatakan sebagai bahan bakar yang baik terhadap lingkungan dikarenakan sektor energi dalam hal ini energi fosil dan batu bara merupakan salah satu penyumbang pemanasan global yang ada di Indonesia, sehingga jika dikatakan kendaraan berbahan bakar listrik menjadi alternatif untuk lingkungan maka yang kita harus perbaiki juga adalah sektor energinya dengan mengganti baru bara dan energi fosil dengan yang lebih ramah lingkungan juga
DeleteBagaimana langkah Indonesia dalam menangani krisis iklim sebagai negara berkembang?
ReplyDeletePermasalahan perubahan iklim menjadi salah satu fokus utama Presiden Joko Widodo dan pemerintah Indonesia. Dalam Konferensi Tingkat Tinggi Climate Adaptation Summit (KTT CAS) 2021, Presiden Jokowi menyerukan empat langkah strategis dalam menangani perubahan iklim.
DeletePertama, memastikan seluruh negara berkontribusi bagi penanganan perubahan iklim. Kedua, menggerakkan potensi masyarakat untuk menumbuhkan kesadaran dalam menangani dan melakukan aksi terkait perubahan iklim.
Ketiga, penguatan kemitraan global dengan memprioritaskan kerja sama peningkatan kapasitas dalam menghadapi perubahan iklim bagi negara-negara di kawasan Pasifik. Keempat, terus melanjutkan pembangunan hijau agar menjadikan dunia yang lebih baik.
Jelaskan kepatuhan terhadap kesepakatan global, dalam Pengendalian perubahan iklim ?
ReplyDeleteCOP-21 Paris menyepakati Perjanjian Paris (Paris Agreement) untuk menahan peningkatan suhu rata-rata global jauh di bawah 2°C di atas tingkat di masa pra-industrialisasi dan melanjutkan upaya untuk menekan kenaikan suhu ke 1,5°C di atas tingkat pra–industrialisasi. Untuk memenuhi komitmen dan kepatuhan tersebut ditetapkan bahwa negara-negara pihak diharapkan menyampaikan Nationally Determined Contribution (NDC) yang pertama paling lambat bersamaan dengan penyampaian dokumen ratifikasi, yang nantinya akan dimuat dalam Public Registry yang dikelola oleh Sekretariat UNFCCC. Indonesia menandatangani Perjanjian Paris pada Upacara Tingkat Tinggi Penandatanganan Perjanjian Paris (High-level Signature Ceremony for the Paris Agreement) di Markas Besar PBB, New York, Amerika Serikat, pada hari Jumat, 22 April 2016. Sebagai tindak lanjut atas penandatangan tersebut, diundangkan UU No. 16 Tahun 2016 tentang tentang Pengesahan Paris Agreement to The United Nations Framework Convention on Climate Change (Persetujuan Paris atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Perubahan Iklim).
DeleteSejauh ini apakah ada kendala dalam menerapkan Paris Ageement sebagai langkah yang tepat untuk meminimalisir krisis iklim di Indonesia ? Jika ya apa yang perlu pemerintah dan masyarakat lakukan untuk menangani kendala tersebut .
ReplyDeleteMeskipun Indonesia telah menandatangani Paris Agreement sebagai komitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan menangani perubahan iklim, namun masih ada beberapa kendala yang dihadapi dalam menerapkannya. Misalnya, keterbatasan sumber daya, tantangan hukum dan kurangnya kesadaran masyarakat. Untuk mengatasi kendala tersebut, pemerintah dan masyarakat perlu melakukan beberapa tindakan seperti:
Delete- Peningkatan Kesadaran Masyarakat: Dibutuhkan upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya mengurangi emisi gas rumah kaca dan dampak perubahan iklim bagi kesejahteraan manusia dan lingkungan.
- Investasi dalam Teknologi Ramah Lingkungan: Pemerintah dapat memperkuat investasi dalam riset dan pengembangan teknologi ramah lingkungan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, serta meningkatkan efisiensi energi.
- Pengembangan Regulasi dan Kebijakan: Pemerintah dapat mengembangkan regulasi dan kebijakan yang mendukung implementasi Paris Agreement dengan mengambil contoh dan belajar dari negara-negara yang telah berhasil dalam mengatasi perubahan iklim.
- Kolaborasi Antar Sektor: Diperlukan kolaborasi antar sektor dalam mengimplementasikan Paris Agreement, termasuk sektor publik, swasta, dan masyarakat sipil, sehingga semua pihak dapat berkontribusi dalam upaya mengurangi emisi gas rumah kaca.
langkah apa yang paling bisa dilakukan untuk menangani perubahan iklim yang marak terjadi khususnya daerah NTT yang rentan terjadi masalah bencana alam seketika terjadi perubahan cuaca dan sebagainya ?
ReplyDeleteRehabilitasi hutan dan lahan yang kritis, pengurangan pembukaan lahan dengan tebas bakar
Deleteupaya adaptasi dan mitigasi seperti apa yang paling tepat yang harus dilakukan oleh pemerintah indonesia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca?
ReplyDeletePerubahan iklim merupakan ancaman besar bagi kehidupan dan pembangunan global dimana salah satu pemicunya adalah emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Untuk itu, sekaligus dalam rangka menjaga momentum pertumbuhan ekonomi, Indonesia melakukan transisi ekonomi hijau yang memprioritaskan pembangunan rendah karbon yang inklusif dan berkeadilan. Indonesia telah menyatakan komitmennya pada Conference of Parties (COP) 15 tahun 2009 untuk menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 26% (dengan usaha sendiri) dan sebesar 41% (jika mendapat bantuan internasional) pada tahun 2020. Komitmen Indonesia tersebut diperkuat melalui dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) Republik Indonesia yang pertama pada bulan November 2016 dengan ditetapkannya rget unconditional sebesar 29% dan target conditional sampai dengan 41% dibandingkan skenario business as usual (BAU) di tahun 2030. Secara nasional, target penurunan emisi pada tahun 2030 berdasarkan NDC adalah sebesar 834 juta ton CO2e pada target unconditional (CM1) dan sebesar 1,081 juta ton CO2e pada target conditional (CM2). Untuk memenuhi target tersebut, secara nasional telah dilakukan berbagai aksi mitigasi pada semua sektor oleh penanggung jawab aksi mitigasi. Selanjutnya, guna mencapai komitmen tersebut, Pemerintah telah merencanakan dan mulai mengimplementasikan beberapa langkah strategis pada beberapa sektor kritikal perubahan iklim, yaitu sektor Forestry and Other Land Uses (FOLU), energi, pertanian, pengolahan limbah, serta Industrial Process And Product Uses (IPPU). Saat ini, upaya terbesar yang dilakukan oleh Pemerintah berada di sektor kehutanan dan guna lahan atau dikenal dengan Forestry and Other Land Uses dan sektor energi. Dalam rangka memberikan informasi tentang pencapaian target dari komitmen NDC, juga sebagai kontrol terhadap progress capaian NDC, serta sebagai pelaksanaan Peraturan Presiden No 71 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional (GRK), Pemerintah Indonesia telah menyelenggarakan inventarisasi GRK Nasional, serta Monitoring, Pelaporan, Verifikasi (MPV), dengan mengacu pada Intergovernmetal Panel on Climate Change (IPCC) Guidelines Tahun 2006. Penghitungan emisi dilakukan terhadap 4 (empat) kategori sumber emisi atau sektor, yaitu energi, proses industri dan penggunaan produk, pertanian dan kehutanan serta perubahan penggunaan lahan lainnya, serta pengelolaan limbah.
DeleteSeperti yang kita ketahui, pandemi Covid-19 telah berlangsung hampir dua tahun, apa korelasi antara pandemi Covid-19 dengan krisis perubahan iklim dan bagaimana diplomasi perubahan iklim yang dilakukan Indonesia di masa Pandemi Covid-19?
ReplyDeletePandemi Covid-19 dan krisis perubahan iklim memiliki beberapa korelasi yang signifikan. Pertama, keduanya merupakan masalah global yang membutuhkan respons global yang serius dan koordinasi yang ketat antara negara-negara. Kedua, keduanya juga memiliki dampak yang sangat besar pada kesehatan dan kesejahteraan manusia. Krisis perubahan iklim menjadi semakin buruk selama pandemi Covid-19 karena banyak negara yang memfokuskan perhatian mereka pada menangani krisis kesehatan, dan kurang memperhatikan upaya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan mencegah perubahan iklim. Dalam hal ini, pandemi Covid-19 dapat menjadi penghambat dalam upaya global untuk mengatasi krisis perubahan iklim.
DeleteDi sisi lain, Indonesia telah melakukan beberapa upaya diplomasi perubahan iklim di masa pandemi Covid-19. Salah satu contohnya adalah penandatanganan Deklarasi Kebijakan Perubahan Iklim dan Keanekaragaman Hayati pada Konferensi Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Keanekaragaman Hayati pada September 2020. Indonesia juga terus melakukan upaya untuk memperkuat kolaborasi internasional dalam penanganan perubahan iklim melalui partisipasi dalam berbagai forum internasional seperti Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP). Selain itu, pemerintah Indonesia juga berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca melalui implementasi strategi nasional dalam hal ini yaitu NDC (Nationally Determined Contribution) yang bertujuan untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 29% pada tahun 2030. Selain itu, pemerintah juga terus mendorong penggunaan energi terbarukan, dengan target peningkatan penggunaan energi terbarukan hingga 23% pada tahun 2025.
Apakah sebenarnya gas rumah kaca hanya memberikan dampak buruk dan merugikan terhadap kehidupan di bumi?
ReplyDeleteTidak.
DeleteDisisi lain efek gas rumah kaca justru memberikan manfaat bagi kehidupan di bumi.
1.Menjaga suhu Bumi
Efek rumah kaca menjaga suhu Bumi cukup hangat untuk ditinggali.Tanpa gas rumah kaca, panas Bumi tidak akan bertahan lama di permukaan Bumi dan Bumi akan jauh lebih dingin.Gas rumah kaca membuat suhu Bumi menjadi cukup hangat untuk kehidupan, baik untuk manusia, tumbuhan, dan hewan.Selain itu, suhu Bumi yang terjaga akibat efek rumah kaca akan membuat tinggi permukaan air laut tetap stabil. Gunung es yang ada di Bumi tetap berdiri tegak dan tidak mencair, namun suhu di belahan Bumi lainnya cukup hangat dan nyaman ditinggali.
2.Menyerap radiasi matahari
Gas rumah kaca memiliki fungsi untuk menghalau dan menyerap radiasi berbahaya dari sinar Matahari.Dengan begitu, radiasi hanya sedikit yang mencapai permukaan Bumi. Sebagian besar radiasi akan dipantulkan kembali ke atmosfer luar agar tidak membahayakan makhluk hidup di Bumi. Gas rumah kaca yang paling signifikan perannya dalam fungsi ini adalah ozon.
Manfaat ini didapatkan dalam kondisi efek rumah kaca yang optimal. Seperti yang sebelumnya telah disebutkan, penting menjaga agak efek rumah kaca ini tidak bertambah karena akan menyebabkan pemanasan global. Jika terjadi terus-menerus, Bumi akan semakin tidak layak untuk ditinggali.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteKira kira Faktor apa yang paling memberikan dampak yang paling signifikan terhadap perubahan iklim yang terjadi pada daerah NTT?
ReplyDeleteBeberapa faktor yang berkontribusi pada perubahan iklim di daerah Nusa Tenggara Timur (NTT) antara lain:
DeletePemanasan global: Pemanasan global adalah faktor utama yang mempengaruhi perubahan iklim di seluruh dunia, termasuk NTT. Akumulasi gas rumah kaca di atmosfer menyebabkan suhu global naik, sehingga menyebabkan perubahan iklim yang signifikan di seluruh dunia.
El Nino dan La Nina: Fenomena alam ini mempengaruhi perubahan iklim di banyak wilayah termasuk NTT. El Nino dapat menyebabkan suhu permukaan laut di sekitar wilayah NTT menjadi lebih hangat, sementara La Nina dapat menyebabkan suhu permukaan laut menjadi lebih dingin.
Deforestasi: Deforestasi atau penggundulan hutan juga berkontribusi pada perubahan iklim di NTT. Hutan berfungsi sebagai penghasil oksigen dan penyerap karbon dioksida sehingga pengurangan luas hutan dapat meningkatkan kadar karbon dioksida di atmosfer.
Pemanfaatan lahan: Perubahan penggunaan lahan seperti perluasan pertanian dan kegiatan tambang dapat mempercepat perubahan iklim di NTT. Kegiatan tersebut dapat mengurangi kemampuan tanah untuk menyerap karbon dioksida dan menghasilkan gas rumah kaca lainnya.
Pemanfaatan energi fosil: Penggunaan energi fosil seperti minyak bumi dan batu bara juga berkontribusi pada perubahan iklim di NTT dan di seluruh dunia. Pembakaran energi fosil menghasilkan emisi gas rumah kaca yang mempercepat pemanasan global.
Semua faktor di atas saling berhubungan dan berkontribusi pada perubahan iklim di NTT. Oleh karena itu, diperlukan upaya yang komprehensif untuk mengurangi dampaknya, seperti mengurangi emisi gas rumah kaca, melestarikan hutan, dan mengembangkan sumber energi terbarukan.
1.Pemanasan Global: Pemanasan global merupakan penyebab utama perubahan iklim di seluruh dunia. Naiknya suhu global menyebabkan perubahan iklim secara drastis dan meningkatkan intensitas cuaca ekstrem seperti banjir dan kekeringan di daerah NTT.
ReplyDelete2.El Nino dan La Nina: Perubahan iklim di daerah NTT juga terkait dengan fenomena alam El Nino dan La Nina. El Nino menyebabkan kondisi kekeringan yang parah, sedangkan La Nina menyebabkan banjir dan cuaca yang lebih dingin.
3.Deforestasi: Deforestasi atau penggundulan hutan juga merupakan faktor penting yang menyebabkan perubahan iklim di daerah NTT. Penggundulan hutan dapat mengurangi kemampuan daerah untuk menyerap karbon dioksida, yang dapat mempercepat pemanasan global.
4.Peningkatan populasi dan urbanisasi: Pertumbuhan populasi dan urbanisasi yang cepat di daerah NTT dapat menyebabkan perubahan iklim melalui peningkatan emisi gas rumah kaca dari kendaraan dan kegiatan industri.
5.Praktik pertanian yang tidak berkelanjutan: Praktik pertanian yang tidak berkelanjutan seperti penebangan hutan untuk membuka lahan pertanian, penggunaan pupuk kimia dan pestisida dapat menyebabkan degradasi tanah, yang dapat mempercepat perubahan iklim di daerah NTT.
Bagaimana peran teknologi dalam upaya mengendalikan perubahan iklim dan meningkatkan kepatuhan terhadap kesepakatan global?
ReplyDeleteSaya akan menjawab pertanyan dari Agusty Priskilla Foes, mengenai peran teknologi dalam upaya mengendalikan perubahan iklim. Seperti yang kita ketahui teknologi dapat ikut berperan dalam upaya mengendalikan perubahan iklim. Teknologi iklim yang membantu kita mengurangi emisi gas rumah kaca termasuk energi terbarukan seperti energi angin, tenaga surya, dan tenaga air. Untuk beradaptasi dengan dampak buruk perubahan iklim, digunakan teknologi iklim seperti tanaman tahan kekeringan, sistem peringatan dini, dan tanggul laut. Adapun berikut teknologi yang dapat membantu untuk memantau permukaan bumi dan memetakan emisi Gas Rumah Kaca:
Delete1. AI (Artificial Intelligence)
AI dapat diterapkan untuk meningkatkan prakiraan bahaya untuk peristiwa jangka panjang regional, seperti kenaikan permukaan laut, dan untuk peristiwa ekstrem langsung seperti angin topan, di antara kemungkinan lainnya. Penerapan ini mencakup pengelolaan kerentanan dan keterpaparan, seperti dengan mengembangkan infrastruktur yang dapat meminimalkan dampak bahaya iklim,” kata BCG.
2. Geospatial Technology
Pemanfaatan citra satelit yang tepat untuk mengidentifikasi daerah, masyarakat adat, kesehatan laut yang memerlukan pemantauan konstan untuk memperkirakan atau melaporkan insiden dan mengambil tindakan tepat waktu. GIS dan sensor digunakan untuk membuat peta, mengumpulkan data spasial tentang keanekaragaman hayati dan jasa ekosistem untuk menghasilkan laporan bagi pembuat kebijakan dan pemerintah serta organisasi swasta untuk membuat keputusan yang terinformasi dan tepat waktu sehingga membantu terkait adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.
dalam sektor kehutanan hal apa yang sudah dilakukan untuk berkontribusi pada penurunan emisi gas rumah kaca?
ReplyDeleteAdapun upaya-upaya sektor kehutanan dalam menurunkan emisi gas rumah kaca dengan melakukan kegiatan sebagai berikut :
DeletePengelolaan hutan yang berkelanjutan dari hutan produksi, hutan konservasi dan hutan lindung.
Pembatasan konversi lahan hutan menjadi non hutan
Pembatasan degradasi kualitas hutan
Pengelolaan hutan pada lahan gambut
Pencegahan kebakaran hutan.
Selain upaya-upaya yang telah disebutkan diatas, kegiatan mitigasi dalam bidang kehutanan dan lahan gambut khususnya terkait alih guna lahan antara lain dengan adanya aktivitas meningkatkan serapan karbon melalui penanaman dan rehabilitasi pada hutan terdegradasi dan kegiatan menurunkan emisi GRK melalui peningkatan pengelolaan hutan.
Data aktivitas dalam Bidang Kehutanan dan Lahan Gambut adalah luas hutan/ lahan yang mengalami perubahan penggunaan dan merupakan sumber emisi/ sekuestrasi. Sedangkan faktor emisi adalah besarnya emisi atau serapan dari perubahan cadangan karbon
dari suatu penggunaan lahan atau sistem manajemen pengelolaan lahan
Mengingat skala perubahan iklim yang ada, dan fakta bahwa hal itu akan mempengaruhi banyak bidang kehidupan, adaptasi juga perlu dilakukan dalam skala yang lebih besar. Contoh adaptasi perubahan iklim apa yang perlu dilakukan secara nyata dalam bidang kehutanan di negara Indonesia ini, untuk mendukung adaptasi pengendalian dan perubahan iklim?
ReplyDeleteAdaptasi perubahan iklim di bidang kehutanan di Indonesia dapat dilakukan dengan cara meningkatkan kualitas dan kuantitas hutan. Salah satu caranya adalah dengan melakukan penghijauan dan penanaman kembali hutan yang telah rusak. Selain itu, pemerintah Indonesia juga telah menetapkan target untuk meningkatkan luas hutan yang dikelola secara lestari hingga mencapai 12,7 juta hektar pada tahun 2024.
DeleteDengan cara meningkatkan efisiensi penggunaan air, membangun kapasitas tambahan penyimpan air, serta memulihkan Daerah Aliran Sungai (DAS) untuk melindungi sumber daya air.
DeleteBagaimana cara memastikan kepatuhan terhadap kesepakatan global tentang perubahan iklim?
ReplyDeleteperubahan ekosistem yang seperti apa yang diakibatkan oleh perubahan iklim?
ReplyDeleteDampak dari perubahan iklim ini diperburuk dengan adanya pencemaran lingkungan dan perusakan ekosistem pesisir dan laut oleh manusia. Rusaknya ekosistem pesisir (mangrove, terumbu karang dan padang lamun) telah mengakibatkan erosi dan degradasi pantai dan berkurangnya nilai keanekaragaman hayati. Dampak kerusakan ekosistem laut tentu saja langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat nelayan. Gelombang tinggi maupun cuaca tidak menentu berpengaruh pada aktivitas perahu-perahu penangkap ikan. Perubahan iklim juga sudah mengganggu mata pencaharian di banyak pulau. Di Maluku misalnya, nelayan mengatakan mereka tidak lagi dapat memperkirakan waktu dan lokasi yang pas untuk menangkap ikan karena pola iklim yang sudah berubah. Kenaikan permukaan laut juga dapat menggenangi tambak-tambak ikan dan udang.
Deletebagaimana dan upaya apa saja yang telah dilakukan pemerintah dalam mengatasi pengendalian perubahan iklim ?
ReplyDeletepemerintah Indonesia berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca melalui implementasi strategi nasional dalam hal ini yaitu NDC (Nationally Determined Contribution) yang bertujuan untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 29% pada tahun 2030. Selain itu, pemerintah juga terus mendorong penggunaan energi terbarukan, dengan target peningkatan penggunaan energi terbarukan hingga 23% pada tahun 2025.
DeleteMengapa emisi gas rumah kaca lebih cenderung meningkat setiap tahunnya
ReplyDeleteDibandingkan dengan penurunan emisi gas rumah kaca?
Baik saya akan menjawab pertanyaan dari teman isto. Emisi gas rumah kaca lebih cenderung meningkat setiap tahunnya karena pelepasan karbondi udara tidak sejalan dengan penyerapan karbon. Hal ini dikarenakan pembangunan yang semakin meningkat sehingga menghasilkan GRK yang banyak namun hutan sebagai penyerap karbon tidak dapat bekerja maksimal karena adanya penurunan kualitas dan juga deforestasi yang terjadi.
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteBagaimana mekanisme dari pembangunan bersih untuk mencapai penurunan emisi GRK?
ReplyDeleteBaik saya akan menjawab pertanyaan dari saudara Inggrida Wenggo. Mekanisme Pembangunan Bersih atau Clean Development Mechanism (CDM) adalah sebuah inisiatif di dalam Protokol Kyoto (PK) yang didesain untuk mitigasi emisi gasgas rumah kaca (GRK) yang dilakukan di negara-negara berkembang, sekaligus memfasilitasi negara-negara maju untuk memenuhi target penurunan emisinya.
DeleteTujuan dari mekanisme pembangunan bersih itu sendiri adalah untuk membantu Pihak yang tidak termasuk dalam Annex I dalam mencapai pembangunan berkelanjutan dan berkontribusi pada tujuan utama Konvensi, dan untuk membantu Pihak yang termasuk dalam Annex I dalam memenuhi pembatasan jumlah emisi dan pengurangan komitmen
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteDalam buku Rogers, P.P., Jalal, K.F., & Boyd, J.A. (2008) An Introduction to Sustainable Development: Chapter 2 Challenges of Sustainable Development, dijelaskan pembangunan berkelanjutan" didefinisikan sebagai "pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri" Definisi ini menetapkan perlunya pengambilan keputusan terpadu yang mampu menyeimbangkan kebutuhan ekonomi dan sosial masyarakat dengan kapasitas regeneratif lingkungan alam. Pertanyaannya keputusan padu seperti apa yang harus diambil dengan kebutuhan ekonomi yang makin meningkat dan disanding dengan regenerasi lingkungan? Terimakasih
ReplyDeleteSikap Amerika yang menarik diri dalam COP 21 yakni Paris agreement karena alasan keamanan nasional akibat komoditas batubara yang menjadi sumber penghasilan mereka lebih dipentingkan daripada perubahan iklim yang tengah dialami dunia padahal baru basa sendiri menjadi penyumbang terbesar dalam pelepasan GRK di atmosfer. Apakah sikap Amerika ini menandakan bahwa kepentingan perekonomian negara lebih diatas dari kepentingan global?
ReplyDeleteJelaskan apa yang di maksud dengan cuaca senantiasa berubah secara dinamis, sedangkan iklim berpola relatif tetap?
ReplyDeleteCuaca dan iklim adalah dua hal yang berbeda namun terkait erat dengan kondisi atmosfer bumi. Cuaca merujuk pada kondisi atmosfer di lokasi tertentu dalam jangka waktu singkat, biasanya dalam rentang waktu beberapa jam atau hari. Sementara itu, iklim adalah kondisi atmosfer rata-rata di suatu wilayah dalam jangka waktu yang lebih lama, biasanya dalam rentang waktu beberapa dekade.
DeleteCuaca senantiasa berubah secara dinamis karena kondisi atmosfer di suatu wilayah selalu berubah-ubah dalam waktu yang relatif singkat. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi cuaca adalah suhu udara, kelembaban, tekanan udara, dan arah angin. Kondisi cuaca yang berbeda dapat terjadi dalam waktu yang relatif singkat, bahkan dalam rentang waktu beberapa jam saja. Misalnya, cuaca dapat berubah dari cerah menjadi hujan deras dalam waktu yang sangat singkat.
Di sisi lain, iklim relatif tetap karena merupakan hasil dari pola cuaca rata-rata di suatu wilayah dalam jangka waktu yang lebih lama. Pola iklim dapat dihitung dengan mengumpulkan data cuaca dari suatu wilayah dalam kurun waktu yang cukup lama, biasanya beberapa dekade atau bahkan abad. Pola iklim dapat mencakup faktor-faktor seperti suhu rata-rata, curah hujan, dan kelembaban udara. Pola iklim relatif tetap dalam jangka waktu yang lebih lama, meskipun bisa berubah secara perlahan dari waktu ke waktu karena berbagai faktor seperti perubahan iklim global atau aktivitas manusia yang mempengaruhi lingkungan.
Upaya membayar negara lain untuk menjaga hutan dengan tujuan karbon yang dihasilkan dapat diserap merupakan salah satu bentuk mekanisme REDD+ (Reducing Emissions from Deforestation and forest Degradation). Tujuan utama dari mekanisme ini adalah untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dari sektor kehutanan dengan menjaga keberlangsungan hutan dan meningkatkan penyerapan karbon.
ReplyDeleteSecara teori, upaya ini dapat membantu menurunkan emisi GRK, karena dengan menjaga keberlangsungan hutan maka jumlah karbon yang tersimpan di dalamnya dapat tetap terjaga dan bahkan meningkat. Dalam jangka panjang, hal ini dapat membantu mengurangi emisi GRK karena pengurangan deforestasi dan degradasi hutan merupakan sumber emisi GRK yang signifikan.
Namun, dalam praktiknya, keberhasilan mekanisme REDD+ dalam menurunkan emisi GRK masih menjadi perdebatan. Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilannya antara lain masalah pengukuran, pelaporan, dan verifikasi emisi, serta adanya tantangan dalam mengimplementasikan program REDD+ secara efektif.
Selain itu, mekanisme REDD+ juga masih menghadapi berbagai tantangan, seperti permasalahan hak atas tanah dan sumber daya alam, tata kelola hutan yang buruk, dan keterbatasan teknologi dan keuangan. Oleh karena itu, upaya membayar negara lain untuk menjaga hutan tidak dapat dijadikan satu-satunya solusi untuk menurunkan emisi GRK, melainkan harus dikombinasikan dengan upaya-upaya lain seperti pengurangan emisi dari sektor energi, industri, transportasi, dan pertanian.
Dengan demikian, meskipun upaya membayar negara lain untuk menjaga hutan memiliki potensi untuk membantu menurunkan emisi GRK, namun keberhasilannya masih bergantung pada berbagai faktor dan harus dikombinasikan dengan upaya-upaya lain dalam rangka mencapai target penurunan emisi GRK secara global.
Kegiatan apa saja yang dilakukan sektor kehutanan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca?
ReplyDeleteSektor kehutanan memiliki peran penting dalam mengurangi emisi gas rumah kaca. Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam sektor kehutanan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca antara lain:
DeletePenghijauan dan penanaman pohon: Penanaman pohon secara massal membantu dalam menyerap karbon dioksida (CO2) dari udara dan mengubahnya menjadi oksigen melalui proses fotosintesis. Penghijauan dan penanaman pohon dilakukan dalam skala besar, baik di lahan kosong, hutan, maupun dalam bentuk program penghijauan kota.
Sebutkan dan jelaskan upaya apa yang telah dilakukan Indonesia dalam mengatasi pengendalian perubahan iklim ?
ReplyDeleteMelalui protokol Kyoto yang melegalkan perdagangan karbon , apakah negara2 maju hanya sebatas citra semata untuk mendapatkan pengakuan bahwa mereka kaya.
ReplyDeleteApa tantangan yang dihadapi dalam mencapai kepatuhan penuh terhadap kesepakatan global dalam pengendalian perubahan iklim?
ReplyDeleteBeberapa tantangan yang dihadapi dalam mencapai kepatuhan penuh terhadap kesepakatan global dalam pengendalian perubahan iklim antara lain:
DeleteKeseragaman dan Konsistensi Kebijakan
Keterbatasan Sumber Daya
Perubahan Iklim Regional
Kurangnya Pengawasan dan Penegakan Hukum
Perubahan Perilaku dan Budaya
Apakah upaya yang sudah dilakukan oleh pemerintahan Indonesia dalam pengendalian perubahan iklim global sudah terealisasikan dengan baik?
ReplyDeleteUpaya yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam pengendalian perubahan iklim global sudah terealisasikan dengan cukup baik.
Delete- Pemerintah Indonesia juga telah mengembangkan program pengurangan emisi, termasuk program pengurangan penggunaan bensin dan minyak, yang akan membantu mengurangi emisi gas rumah kaca. - Pemerintah telah mengembangkan program pengurangan penggunaan listrik, yang akan membantu mengurangi emisi gas rumah kaca dari industri listrik.
- ndonesia juga telah melakukan pengembangan dan pembaruan Nationally Determined Contributions (NDC) yang menargetkan penurunan emisi GRK sebesar 29% dengan upaya sendiri dan 41% dengan dukungan internasional hingga 2030.
Pemerintah juga telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2016 tentang Pengesahan Paris Agreement to the United Nations Framework Convention on Climate Change.
Dalam hal ini, upaya yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam pengendalian perubahan iklim global sudah terealisasikan dengan cukup baik, dan negara ini telah mengambil langkah-langkah yang cukup untuk mengurangi emisi dan mengadaptasi kepada perubahan iklim.
Upaya apa saja yang sudah dilakukan teman-teman dalam membantu mengatasi perubahan iklim?
ReplyDeleteBagaimana proses diplomasi dan negosiasi internasional memengaruhi implementasi kesepakatan global tentang perubahan iklim?
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
DeleteProses diplomasi internasional memfasilitasi implementasi kesepakatan global tentang perubahan iklim dengan:
Delete1. Membentuk kesepakatan seperti Protokol Kyoto dan Perjanjian Paris melalui negosiasi kompleks.
2. Meningkatkan kesadaran global tentang perubahan iklim melalui konferensi internasional.
3. Memfasilitasi pengesahan dan implementasi kesepakatan, termasuk komitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
4. Memonitor dan menegakkan kepatuhan terhadap kesepakatan melalui forum internasional seperti Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim (COP).
5. Mendorong kolaborasi antar negara dan dukungan finansial untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, termasuk pengembangan teknologi bersih dan infrastruktur tahan iklim.
Apakah ada peraturan perudang-undangan yang melindungi seorang aktivis lingkungan yang membela lingkungan ?
ReplyDeletePeraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2023 tentang Pedoman Mengadili Perkara Lingkungan Hidup dan juga Pedoman Jaksa Agung Nomor 8 Tahun 2022 tentang Penanganan Perkara Tindak Pidana di Bidang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah beberapa peraturan yang melindungi masyarakat yang peduli dan berusaha untuk membela lingkungan hidup.
DeleteApa tujuan utama dari Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim (UNFCCC)?
ReplyDeleteijin menjawab pertanyaan dari teman Anike Indriati Ullu mengenai tujuan utama konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) adalah Tujuan utama dari Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) adalah untuk menciptakan kerangka kerja kerjasama internasional yang efektif untuk mengatasi perubahan iklim. UNFCCC bertujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca secara global, memitigasi dampak perubahan iklim, dan memperkuat kapasitas adaptasi negara-negara terhadap perubahan iklim.
DeleteDengan demikian, UNFCCC bertujuan untuk mengkoordinasikan upaya negara-negara dalam mengatasi perubahan iklim, mempercepat transisi menuju ekonomi rendah karbon, serta mendukung negara-negara berkembang dalam upaya adaptasi mereka terhadap dampak perubahan iklim. Dengan kerjasama internasional yang terstruktur melalui UNFCCC, diharapkan dapat dicapai kesepakatan global yang berkelanjutan dalam mengurangi dampak perubahan iklim dan melindungi lingkungan bumi.
dalam resiko perubahan iklim jangka menengah - panjang terdapat 2 hal yang dapat menjadi dampaknya yaitu kenaikan suhu dan ancaman kepunahan spesies, lalu bagaimana peran negara khususnya bidang kehutanan dalam mengurangi atau bahkan menekan angka kepunahan spesies yang ada? seperti misalnya pada spesies spesies yang sudah terancam punah
ReplyDeleteApakah ada lembaga PBB yang bertugas mengawasi negara-negara yang sudah menyepakati perjanjian-perjanjian terkait lingkungan hidup?
ReplyDeleteYa, ada lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang bertanggung jawab mengawasi negara-negara yang telah menyepakati perjanjian-perjanjian terkait lingkungan hidup. Salah satu lembaga yang berperan dalam hal ini adalah Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP), atau dalam bahasa Inggris disebut United Nations Environment Programme. Namun ada pertanyaan lanjutan dengan adanya lembaga PBB ini, yaitu apakah efektif adanya lembaga PBB ini agar perjajian negara-negara dapat dilaksanakan?
DeleteIjin menjawab pertanyaan dari teman Leticia emisi dinitrogen oksida (N20) menggunakan pupuk nitrogen sintesis organik dalam pertanian dapat menghasilkan emisi N20 terutama jka aplikasinya tidak sesuai dengan ke but uh an tanaman
ReplyDeleteBagaimana cara menghitung pola iklim?
ReplyDeleteMenghitung pola iklim melibatkan analisis data cuaca dari suatu wilayah selama periode waktu yang panjang, biasanya beberapa puluh tahun. Langkah-langkahnya termasuk:
Delete1. Kumpulkan data cuaca historis seperti suhu, curah hujan, kelembaban, dan lainnya dari stasiun cuaca yang ada.
2. Organisir data ke dalam bentuk yang dapat dianalisis, misalnya dalam bentuk tabel atau grafik.
3. Identifikasi tren jangka panjang dalam data, seperti perubahan suhu rata-rata tahunan.
4. Hitung statistik seperti rata-rata, median, dan deviasi standar untuk setiap parameter cuaca.
5. Identifikasi pola musiman dalam data, seperti musim hujan dan musim kemarau.
6. Gunakan metode statistik dan model matematika untuk memprediksi pola iklim di masa depan, jika diperlukan.
Metode yang lebih maju dapat melibatkan analisis statistik lanjutan, penggunaan model iklim global, dan teknik pemodelan lainnya untuk memahami dan memprediksi pola iklim dengan lebih baik.
Bagaimana negara-negara berkembang dapat berkontribusi terhadap upaya mitigasi perubahan iklim sambil tetap mempertahankan pertumbuhan ekonomi mereka?
ReplyDeleteNegara-negara berkembang dapat berkontribusi terhadap upaya mitigasi perubahan iklim dengan mengimplementasikan kebijakan dan praktik yang ramah lingkungan, seperti investasi dalam energi terbarukan, peningkatan efisiensi energi, pengurangan deforestasi, dan promosi transportasi berkelanjutan. Mereka juga dapat mencari bantuan internasional, teknologi hijau, dan dana untuk membantu dalam peralihan ke ekonomi yang lebih berkelanjutan. Selain itu, kolaborasi internasional dan partisipasi dalam perjanjian iklim global juga penting untuk meningkatkan upaya mitigasi.
DeleteSesuai dengan protokol Kyoto, tindakan apa saja yang telah dilakukan pemerintah Indonesia untuk mengatasi perubahan iklim?
ReplyDeleteApakah Negara Annex I adalah negara-negara penyumbang emisi GRK sejak revolusi industri, sedangkan Negara Non-Annex I adalah negara-negara yang tidak termasuk dalam Annex I yang kontribusinya terhadap emisi GRK jelaskan secara singkat?
ReplyDeleteKomentar: Materi yang diberikan sangat jelas beserta dengan pustaka yang bisa diakses.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteBagaimana komitmen Indonesia dalam mendukung Paris Agreement pada tahun 2030?
ReplyDeleteIjin menjawab pertanyaan dari teman angela
DeletePada tahun 2030, Indonesia memiliki komitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 29% secara mandiri dan hingga 41% dengan dukungan internasional. Langkah-langkah ini termasuk penghijauan ekonomi, pengelolaan hutan yang berkelanjutan, dan pengembangan energi terbarukan.
Bagaimana pembakaran bahan bakar fosil mempengaruhi konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer, dan apa dampaknya terhadap perubahan iklim?
ReplyDeletePembakaran bahan bakar fosil, seperti minyak bumi, batu bara, dan gas alam, telah menyebabkan peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer. Gas rumah kaca adalah gas yang terperangkap di atmosfer bumi dan berperan dalam menjaga suhu planet ini tetap stabil dengan cara menyerap radiasi panas dari matahari dan memantulkannya kembali ke permukaan bumi. Namun, akibat aktivitas manusia yang intensif, terutama melalui pembakaran bahan bakar fosil, konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer telah meningkat secara signifikan.
DeleteSalah satu dampak yang paling mencolok dari perubahan iklim akibat peningkatan konsentrasi gas rumah kaca adalah kenaikan suhu rata-rata global. Fenomena ini telah menyebabkan perubahan ekstrem dalam pola cuaca, seperti peningkatan frekuensi dan intensitas badai, kekeringan, banjir, dan gelombang panas. Hal ini berdampak besar pada lingkungan dan ekosistem, serta mempengaruhi kehidupan manusia dalam hal ketahanan pangan, ketersediaan air bersih, kesehatan, dan keamanan.
Peningkatan konsentrasi CO2 dan gas rumah kaca lainnya di atmosfer menyebabkan efek rumah kaca yang diperkuat. Efek ini terjadi ketika gas-gas ini menyerap radiasi inframerah dari Matahari yang dipantulkan oleh permukaan Bumi, menyebabkan peningkatan suhu di permukaan Bumi dan atmosfer. Proses ini mirip dengan bagaimana efek rumah kaca di dalam sebuah rumah menjaga suhu tetap hangat.
DeleteDampak utama dari peningkatan konsentrasi gas rumah kaca ini adalah perubahan iklim yang signifikan. Peningkatan suhu global menyebabkan efek berantai yang meliputi perubahan pola cuaca, peningkatan suhu permukaan laut, pencairan es di kutub, naiknya permukaan air laut, perubahan ekosistem, dan ancaman terhadap keanekaragaman hayati. (Yohanes B.A Harman)
Apa yang bisa dilakukan seorang mahasiswa kehutanan untuk mengatasi perubahan iklim yang menimbulkan pengaruh buruk pada lingkungan dan makhluk hidup?. Selain dengan cara mengetahui seberapa besar jumlah karbon yang ada pada suatu kawasan (yaitu dengan istilah pengukuran biomasa dan perhitungan karbon).
ReplyDeleteApa pendapatmu mengenai komitmen Indonesia dalam Paris Agreement sudah tercapai dalam menurunkan emisi gas rumah kaca?
ReplyDeleteSejauh ini, komitmen Indonesia dalam Paris Agreement masih menghadapi tantangan dalam menurunkan emisi gas rumah kaca. Meskipun ada langkah-langkah positif seperti pengembangan energi terbarukan dan peningkatan kesadaran akan pentingnya pelestarian lingkungan, masih ada ruang untuk perbaikan dalam implementasi kebijakan dan tindakan konkrit untuk mencapai target emisi yang lebih ambisius. Dukungan dari berbagai sektor, termasuk pemerintah, industri, dan masyarakat sipil, sangat diperlukan untuk mencapai tujuan ini secara efektif.
DeleteBagaimana dampak kegagalan mencapai kesepakatan dalam menghapus penggunaan bahan bakar fosil di COP-28 terhadap upaya mitigasi perubahan iklim global?
ReplyDeleteApakah Go Green merupakan solusi terbaik dalam mitigasi perubahan iklim dan global warming?
ReplyDelete